Kategori Berita
Media Network
Kamis, 10 JUNI 2021 • 16:46 WIB

Pilu, Bayi Diduga Di-COVID-kan dan Ditelantarkan RS Pirngadi Medan hingga Meninggal Dunia

Bayi Khaira Hanifa Almaghfira diduga di-COVID-kan dan ditelantarkan RSUD Pirngadi Medan. (Dok. Rajudin Sagala)

Nama RSUD dr Pirngadi Medan kembali tercoreng. Hal itu menyusul kasus dugaan pasien bayi di-COVID-kan (divonis reaktif COVID) dan ditelantarkan hingga meninggal dunia.

Bayi berumur 3 minggu bernama Khaira Hanifa Almaghfira itu diduga di-COVID-kan oleh oknum perawat rumah sakit pelat merah tersebut saat hendak dioperasi karena masalah pencernaan.

Ibu si bayi yang heran dengan vonis si perawat, memvideokan momen itu dan videonya pun viral di media sosial.

Mirisnya, pihak rumah sakit baru memeriksa bayi tersebut positif COVID atau tidak melalui tes antigen setelah orang tua si bayi mengadu kepada Wakil Ketua DPRD Medan, Rajudin Sagala.

Hasilnya, setelah di-swab antigen, bayi tersebut negatif COVID. Hal ini pun membuat orang tua si bayi kesal.

Terlebih, sebelum dibawa ke RSUD Pirngadi, mereka sudah terlebih dahulu ke RS Stella Marris dan di sana, si bayi sudah diswab dan hasilnya negatif.

"Tadi hasil rapidnya, gak tahu kapan ditesnya, gak tahu kapan diantibodi, dibilangnya hasilnya reaktif. Ternyata, direktur ditelepon sama bapak wakil DPR (DPRD Kota Medan) bapak Rajudin tadi, barulah anak ini di-swab antigen, dan hasilnya negatif. Sama seperti diswab di (RS) Stella Marris. Nah, mereka berarti berbohong," ujar ibu si bayi.

Setelah divovis reaktif COVID, bayi tersebut malah tidak jadi dioperasi. Para petugas medis di RSUD Pirngadi sempat memberikan jawaban berkelit-kelit sebelum akhirnya mengakui bahwa batalnya operasi dilakukan karena dokter bedah tidak datang.

"Sekarang saya minta anak saya dibawa pulang, tidak dikasih sama rumah sakitnya. Karena gak jadi operasi, hanya gara-gara selang infus yang untuk di dekat tulang bahu (kalau kalian anak kedokteran pasti kalian tahu), dia bilang alasannya di rumah sakit ini tidak ada," lanjut ibu bayi tersebut.

Ditelantarkan

Dihubungi Indozone melalui sambungan telepon seluler, Wakil Ketua DPRD Medan, Rajudin Sagala membenarkan bahwa dirinya mendapat pengaduan dan dimintai bantuan oleh orang tua si bayi.

Rajudin bilang, bayi tersebut diduga ditelantarkan hingga akhirnya meninggal dunia, setelah sebelumnya sempat di-COVID-kan oleh oknum perawat di rumah sakit itu.

"Ibunya ada ngintip dari jendela, kebetulan pintunya agak renggang. Dia dengar perawat itu bilang, 'Bagaimana kalau kita covidkan?'. Ini keterlaluan," ujar Rajudin.

Mendapat aduan itu, Rajudin pun sempat menjenguk bayi tersebut pada Selasa (8/6/2021). Saat itu, ia melihat si bayi masih menangis dan bergerak.

Menurut Rajudin, dokter bedah yang harusnya menangani bayi tersebut sangat keterlaluan. 

Dari keterangan orang tua si bayi, dokter bedah tersebut kebetulan sama dengan dokter yang menerima bayi tersebut di RS Stella Maris.

"Di Stella Maris dokternya bilang 'Ibu ngapain ke sini kalau gak punya biaya? Di Pirngadi pun nanti mana bisa pakai BPJS. Ibu pun nanti ketemu lagi sama saya'. Begitu ibunya bilang," kata Rajudin, menirukan ucapan dokter yang diduga bernama Iqbal tersebut.

Rajudin sendiri merasa prihatin atas apa yang dialami oleh bayi tersebut. Apalagi, keluarga bayi tersebut juga bukan orang mampu, yang mana sang ayah hanya bekerja sebagai driver ojek online. 

"Dokter seperti ini tidak boleh dipertahankan. Dia sudah melanggar sumpah kedokteran, sumpah profesinya, jika memang benar dia menelantarkan bayi itu," ucap Rajudin menambahkan.

Humas RSUD Pirngadi Membantah

Sementara itu, pihak RSUD Pirngadi membantah bahwa bayi tersebut di-COVID-kan.

"Jadi begini, bayi itu dua kali dites. Pertama siang jam 14.30, dites antibodi, hasil reaktif. Kedua, malamnya pas mau dioperasi, dites antigen, hasilnya negatif. Jadi bahasanya reaktif, bukan positif COVID. Itu beda," ujar Humas Pirngadi Medan, Edison Perangin-angin, saat dihubungi Indozone melalui ponsel.

Terkait operasi yang batal dilakukan, Edison bilang, keluarga bayi tersebut terlanjut emosi sehingga proses administrasi tak selesai dilakukan.

Ia membantah bahwa gagalnya operasi tersebut dikarenakan dokter bedah yang menangani tidak datang.

"Ada SOP-nya. Dokter baru akan datang kalau semuanya (urusan administrasi BPJS) beres," katanya.

Artikel Menarik Lainnya:

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Pilu, Bayi Diduga Di-COVID-kan dan Ditelantarkan RS Pirngadi Medan hingga Meninggal Dunia

Link berhasil disalin!