Gadis Myanmar ditembak di kepala. (Twitter/@Hezz_Stella)
Aksi demo memprotes kudeta Myanmar menimbulkan korban. Adalah Mya Thwate Thwate Khaing, gadis 20 tahun yang kepalanya ditembak anggota militer saat sedang berunjuk rasa di Naypyitaw, ibu kota Myanmar.
Saat berdemo, Mya Thwate Thwate Khaing sendiri mengenakan helm. Dia berhadapan langsung dengan anggota militer yang berjaga saat itu. Namun, tiba-tiba peluru melayang dan menembus helm-nya.
Terkait penembakan, anggota militer menyebut bahwa gadis itu melemparkan batu ke arah mereka.
Namun, lemparan batu tersebut justru dibalas dengan tembakan dan membuat Mya Thwate Thwate Khaing jatuh tak sadarkan diri lagi. Dia sempat dilarikan ke rumah sakit dan koma selama 10 hari.
Baca juga: Militer Myanmar Ancam Pendemo yang Tolak Kudeta dengan Hukuman Penjara 20 Tahun
Hingga akhirnya, gadis pemberani tersebut menghembuskan nafas terakhirnya pada Jumat (19/2/2021).
Dari video dan foto yang beredar, gadis tersebut tampak terbaring lemas tak berdaya dengan kondisi helm yang sudah berdarah-darah. Sementara, orang-orang berkerumun untuk melihat kondisinya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, Mya Thwate Thwate Khaing mengalami luka parah yang disebabkan peluru tajam yang ditembakkan anggota militer yang ingin membubarkan para pendemo.
Lewat tagar #WhatsHappeningInMyanmar di Twitter, netizen ramai-ramai mengecam aksi penembakan terhadap gadis tersebut.
At military press conference, they complained like that “she hit with brick to them”. But kindly check the distance. If she really hit with brick, did they need to shoot with real bullet? Live conference can check on RFA burmese. #WhatsHappeningInMyanmar #CrimesAgainstHumanity pic.twitter.com/zKcQmRcIGP
— Stella Lisa (@Hezz_Stella) February 19, 2021
"Pada konferensi pers militer, mereka mengeluh seperti itu 'dia memukul mereka dengan batu'. Tapi mohon periksa jaraknya. Jika dia benar-benar terkena batu bata, apakah mereka perlu menembak dengan peluru sungguhan? Konferensi langsung dapat memeriksa RFA burma. #WhatsHappeningInMyanmar #CrimesAgainstHumanity," kata @TostevinM.
Mya Thwate Thwate Khaing merupakan satu-satunya pendemo yang terbunuh sejak tentara Myanmar merebut kekuasaan pada 1 Februari dan menahan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.
Sebelumnya, militer Myanmar telah memberi peringatan kepada pengunjuk rasa anti-kudeta di seluruh penjuru negeri. Siapapun yang melakukan protes akan kudeta akan menerima hukuman 20 tahun penjara.
Melansir BBC, hukuman panjang dan denda juga akan berlaku bagi mereka yang ditemukan menghasut "kebencian atau penghinaan" terhadap para pemimpin kudeta, kata militer.
Junta yang berkuasa telah menerapkan hukuman penjara dan denda bagi siapa pun yang ditemukan menghasut kebencian terhadap militer.
"Dengan kata-kata, baik lisan atau tertulis, atau dengan tanda, atau dengan representasi yang terlihat," tulisan terbaru peraturannya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: