Kanan: Habib Rizieq Shihab; Kiri: Wali Kota Bogor Bima Arya (Dokumentasi Antara Foto)
Pengamat politik Rocky Gerung mengomentari saat Wali Kota Bogor Bima Arya sedikit bersitegang secara tidak langsung dengan pentolan FPI Habib Rizieq Shihab terkait hasil swab yang dianggap ditutup-tutupi oleh RS UMMI. Lantas apa komentar Rocky Gerung.
Melalui chanel Youtube Rocky Gerung Official, dengan dipandu Hersubeno Arief, Rocky Gerung pun menyampaikan pendapatnya, terkait peristiwa politik yang sedang hangat, khusunya soal ribut-ribut Bima Arya Vs Habib Rizieq terkait tes swab.
"Lagi ramai ini soal wali kota yang mengadukan rumah sakit karena menutup hasil swab-nya Habib Rizieq Shihab," kata Hersubeno melempar pertanyaan ke Rocky Gerung.
"Ya itu terlalu dipaksakan isu itu, kan setiap orang berhak untuk cari tempat PCR bahkan bisa diundang ke rumah, karena demi privasi. Jadi kalau dia ada di rumah sakit karena privasi, kalau dua pulang diam-diam juga karena privasi dia, ngapain dibuntutin orang yang lagi PCR itu juga ngaco," jawab Rocky Gerung dengan tawa khasnya.
Rocky Gerung beranggapan, kalau begitu sebaiknya Wali Kota Bogor buntuti saja semua orang bahkan pejabat yang PCR. Menurut dia, banyak pejabat yang diam-diam PCR tapi tidak dipublikasikan kok.
"Saudara Bima Arya itu teman saya. Temen diskusi waktu masih rektor Paramadina atau jadi peneliti itu bagus sekali selalu tajam. Nah, sekarang Bima terseret di dalam arus komunikasi Istana," tutur Rocky Gerung.
Rocky Gerung menambahkan, sebenarnya Bima Arya harusnya bisa menentukan sikapnya supaya tidak ada kontroversi. Misalkan, menemui Habib Rizieq saat jalani perawatan di RS UMMI tanpa harus heboh di media.
"Mungkin dia akan datangi Habib Rizieq sebagai pejabat wali kota untuk bercakap-cakap, lalu diucapkan lah ke publik persoalannya. Bukan ngelaporin polisi tuh," kelakar Rocky Gerung.
"Kadang kala memakai bedil yang terlalu besar untuk menembak nyamuk itu ajaib," sambung pria berkacamata itu.
Hersubeno kemudian menyinggung pemberitaan soal ada 8 menteri yang terindikasi terpapar Covid-19, hanya 3 menteri bicara ke publik, Menteri Perhubungan Budi Karya, Menteri KKP Edhy Prabowo dan Menteri Agama Fachrur Razi, sedangkan beberapa yang lain pun memilih tak dibeberkan ke publik. Kemudian, publik toh menghormati pilihan itu.
Rocky pun memiliki jawaban terkait pertanyaan itu. Dia sempat menyinggung soal Menteri Luhut Binsar Panjaitan yang beberapa waktu lalu dilarikan ke RSPAD Gatot Soebroto.
"Ya itu, waktu Pak Luhut diisukan masuk RSPAD itu gak ada klarifikasi Istana kan? Apa sengaja untuk mengalihkan persoalan? Kan mestinya, diklarifikasi dong. Jadi sampai Pak Luhut pulang dari Amerika, orang tahu bahwa Pak Luhut sehat-sehat," jelas Rocky Gerung.
Filusuf ini pun menduga, ada permainan di balik isu Covid-19. Jadi, seolah-olah pemerintah mempolitisir isu Covid-19.
"Mengkriminalkan orang dengan alasan Covid-19, merampok uang negara dengan alasan Covid-19. Jadi Covid-19 ini jadi permainan politik Istana tuh," bebernya.
Menurut Rocky Gerung, wajar jika saat ini Habib Rizieq selalu disorot karena sekarang menjadi tokoh politik yang sedang kontroversi. Padahal, ada 500 ribu lebih warga Indonesia yang terpapar Covid-19, mengapa mereka tidak disoroti? Mungkin salah satu di antara itu ada pejabat atau calon kepala daerah yang lagi kampanye.
"Saat ini seluruh pejabat mengatasnamakan Satgas (Covid-19) untuk mencari-cari kesalahan orang. Itu gak bener, itu melanggar HAM, melanggar privasi, melanggar hak-hak sebagai pasien soalnya. Kalau dia (Habib Rizieq) diproteksi keluarga tentu keluarga yang berhak menentukan," urainya.
Soal hak privasi pasien Covid-19, diangkat Hersubeno terkait omoengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Maret 2020. Saat itu Presiden Jokowi, meminta menteri dan para pejabat tidak mengeluarkan hak pribadi penderita corona tidak boleh dikeluarkan ke publik, yang dianggap etika dalam berkomunikasi dan menjaga psikologi pasien.
"Dari pernyataan Presiden Jokowi kan jelas itu instruksi presiden harus menjaga tidak boleh dibuka itu rahasia, makanya netizen menyebut Wali Kota Bogor melawan Instruksi Presiden Jokowi," ucap Hersubeno meminta tanggapan Rocky Gerung.
Rocky Gerung punya tanggapan menohok terkait itu. Bahkan, dia meminta dibuatkan Perpres atau peraturan presiden agar semua pejabat termasuk kepala daerah menyimak semua arahan dan instruksi Presiden Jokowi sebelum bicara ke publik.
"Musti ada Perpres, semua wali kota harus punya atau mengantongi flashdisk yang isinya pidato-pidato presiden. Supaya mereka berkomentar, dia buka dulu tuh flashdisknya. Ouh, Pak Jokowi bilang begini," sahut Rocky Gerung.
Di sini, Rocky Gerung kembali menemukan inkonsistensi pemerintah terkait privasi dari pasien Covid-19. Bawahan, Presiden Jokowi justru terkesan ingin mengacak-acak privasi orang.
"Jadi terlihat inkonsistensi lagi, Jokowi jelas katakan lindungi privasi, bawahan Jokowi justru ingin mengacak-acak privasi orang kan. Harusnya Pak Jokowi tegur dong Bima Arya," tegasnya.
Kini, terlepas dari soal inkonsistensi pemerintah tadi. Saat ini, polisi sudah mulai menyelidiki kasus kerumunan yang melibatkan Habib Rizieq. Rocky beranggapan, memang sengaja dicari-cari kesalahan Habib Rizieq.
"Habib Rizieq itu, tubuhnya jadi sasaran segala macam potensi delik. Dari soal perkawinan anaknya, soal kumpul-kumpul di penjemputan, sekarang soal PCR (Swab), ada soal maulid segala macam itu. Nah, semua soal itu satu paket sebetulnya, paket untuk mencari kesalahan Habib Rizieq. Mudah sekali publik membaca itu, sementara soal-soal lain dibiarkan," ungkap Rocky Gerung.
Rocky Gerung menganalisa, "Permainan Begini" sekedar memperlihatkan ketidaksiapan pemerintah bertanding secara intelektual dalam upaya untuk memperoleh manfaat politik dari peristiwa Habib Rizieq ini.
"Dengan kata lain, selama Habib Rizeiq beredar maka selama itu kegiatan polisi akan dibikin untuk mengintip, mengendus, segala macam. Jadi Bima Arya percaya seolah-olah kalau dia laporin polisi akan bertindak mengusut Habib Rizieq, atau sebaliknya polisi menginginkan mengintai Habib Rizieq karena itu Bima Arya diminta untuk melaporkan. Jadi gak jelas apa yang sebetulnya terjadi tuh. Orang hanya mencium itu bahwa variabel politik sangat dominan dalam semua indikasi tentang Habib Rizieq," analisa Rocky Gerung.
Singkatnya, Rocky Gerung meminta agar Bima Arya kembali "Ke jalan yang benar". Dia juga meminta Wali Kota Bogor itu berhenti bermain "Drakor".
"Iya sebenarnya Drama Wali Kota Bogor namanya Drakor. Mudah-mudahan Bima Arya bisa kembali menjadi seorang intelektual yang mau memimpin Kota Bogor dengan gagasan akal sehat, supaya tidak terjebak pada umpan-umpan komunikasi Istana," pesan Rocky Gerung.
"Bima itu kan potensi sekali untuk memimpin Jawa Barat, mustinya dia tanam simpati, tanam konsep, supaya satu waktu mungkin Habib Rizieq jadi jurkamnya di jadi Gubernur Jabar. Harus jangka panjanglah investasi integritas dan sikap kepemimpinan, begitu nasihat saya buat teman saya Bima Arya," pungkas dia.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: