Ilustrasi uang rupiah. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Pekan kemarin pasar kembali positif setelah ramai pemberitaan tentang penemuan obat untuk Covid-19. Diberitakan bahwa hasil uji coba Gilead Sciences untuk obat virus corona menunjukkan setidaknya 50% pasien yang diobati dengan remdesivir selama lima hari membaik dan lebih dari setengahnya setelah dua pekan keluar dari rumah sakit.
Study National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) menunjukkan obat remdesivir Gilead Sciences mempunyai efek positif yang nyata untuk pengobatan Covid-19.
Penasehat Kesehatan Gedung Putih Dr. Anthony Fauci mengatakan, percobaan obat remdesivir oleh NIAID terhadap 800 pasien menunjukan hasil yang bagus. Bila ditemukan obat Covid-19, maka pemulihan ekonomi dunia akan lebih cepat dan mendorong pasar keuangan termasuk pasar saham naik.
"Perkembangan penelitian obat Gilead Sciences masih akan memengaruhi pergerakan pasar pekan depan," ujar Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee kepada Indozone, saat dikonfirmasi pada Minggu (3/5/2020).
Kemudian terkait rencana pembukaan dan pelongaran lockdown di sebagian negara bagian Amerika Serikat (AS), menjadi berita positif pasar pekan ini. Setidaknya 16 negara bagian AS berencana memulai kembali aktivitas bisnis. Rencana pembukaan sebagian aktifitas ekonomi di Alaska, Georgia, South Carolina, Tennessee, Texas, dan lainnya menjadi sentimen positif di pasar saham, dimana mulai diizinkannya restoran dan perusahaan lain untuk melayani pelanggan.
"Bisnis tertentu juga diperkirakan akan mendapatkan keuntungan dari gelombang pertama konsumen yang kembali dari karantina virus corona," tuturnya.
Sementara itu, dikutip dari Reuters, Gubernur Ohio Mike DeWine mengatakan ritel dan layanan konsumen dapat dibuka kembali pada 12 Mei 2020. Gubernur New York, Andrew Cuomo berencana untuk membuka kembali perekonomiannya secara bertahap, dimana pada fase pertama dimulai dengan sektor konstruksi dan manufaktur.
Pada fase kedua, bisnis perlu merancang rencana untuk pembukaan kembali yang mencakup praktik social distancing dan memiliki peralatan pelindung pribadi. Risiko terbesar adalah pembukaan kembali ekonomi AS yang premature yang menyebabkan terjadi peningkatan kasus Covid-19 dan terpaksa ekonomi di lockdown kembali.
"Faktor ini akan menjadi perhatian pasar dalam beberapa pekan kedepan apakah pembukaan ekonomi akan menyebakan kenaikan kasus," tutur Hans Kwee.
Sementara itu, sentimen negatif akan berasal darindata ekonomi yang suram. Data itu akan menjadi pemberat pasar pada pekan ini. Rilis data PDB kuartal I AS mengalami kontraksi sebesar 4,8% dimana sebelumnya pada kuartal IV- 2019 tumbuh 2,1%.
Data Departemen Tenaga Kerja AS ada 3,84 juta orang mengajukan tunjangan pengangguran pada pekan lalu sehingga total enam minggu menjadi lebih dari 30 juta telah mengajukan tunjangan pengguran. Data belanja konsumen AS juga turun 7,5% yoy pada Maret.
PDB zona euro pada kuartal pertama mengalami kontraksi 3,8%. Prancis memasuki resesi setelah PDB Kuartal I mengalami kontraksi 5,8%, ini merupakan penurunan paling tajam untuk ekonomi terbesar kedua Eropa itu sejak pencatatan dimulai pada 1949.
Bervariasinya laba korporasi yang dilaporkan menjadi sentiment pengerak pasar pekan ini. Sudah 236 perusahaan di indeks S&P 500 melaporkan kinerja kuartalannya. Consensus analis menurut Refinitiv agregat laba S&P 500 akan turun sebesar 14,4% (year-on-year) pada Quartal pertama tahun 2020. Sentimen laporan keuangan yang keluar masih akan menjadi pengerak pasar saham dunia.
Mulai reboundnya harga minyak pada pekan ini menjadi sentiment positif pengerak pasar. Output ekonomi global diperkirakan hanya mengalami kontraksi sebesar 2% tahun ini, sementara permintaan diperkirakan turun sampai 30% akiabt pandemi Covid 19.
Dari data Kpler sekitar 85% dari penyimpanan minyak di seluruh dunia pada pekan lalu dalam kondisi penuh. Penurunan kontrak future minyak mentah akibat investor ritel mengalikan investasi ETF dari kontrak Juni untuk menghindari kemungkinan kejatuhan harga seperti yang terjadi pada kontrak Mei lalu yang mencapai minus USD37,63 per barel.
Mulai pengurangan porduksi oleh OPEC Plus pada 1 Mei ini mendorong harga minyak naik, dan akan menjadi sentiment positif perdagangan saham pada pekan depan.
"Pekan ini juga di warnai sentiment positif The Fed yang mempertahankan suku bunga pada batas mendekati nol dan akan mempertahankan sikap agresif sepanjang sejarahnya itu selama ekonomi masih membutuhkan stimulus," jelas Hans Kwee.
Diakui olehnya, krisis kesehatan akibat Covid-19 sangat membebani aktivitas ekonomi, lapangan kerja, dan inflasi dalam waktu dekat, dan menimbulkan risiko yang cukup besar terhadap prospek ekonomi dalam jangka menengah.
Bahkan, Chairman The Fed, Jerome Powell menjanjikan kembali untuk melakukan apa yang diperlukan guna menopang perekonomian, dan berkomitmen untuk menggunakan berbagai alat guna mendukung ekonomi AS.
"Sentimen ini positif bagi pasar dan membuat kecenderungan Rupiah tetap kuat di pasar," tuturnya.
Sementara itu, pasar saham domestik pekan ini menguat salah satunya di dukung berita positif kebijakan quantitative easing oleh Bank Indoneia. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan jumlah QE telah mencapai Rp503,8 triliun dengan tambahan dari pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM) dan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) sebesar Rp117,8 triliun per Mei 2020.
QE pada periode Januari–April 2020 sebesar Rp386 triliun yang bersumber dari pembelian SBN di pasar sekunder dari investor asing sebesar Rp166,2 triliun, term repo perbankan sebesar Rp137,1 triliun, penurunan Giro Wajib Minimun (GWM) rupiah di bulan Januari dan April 2020 sebesar Rp53 triliiun dan swap valuta asing sebesar Rp29,7 triliun.
"Restrukturisasi kredit perbankan yang dilakukan oleh OJK akan sangat membantu sehingga dana QE dari BI bisa mengalir ke sektor rill," jelasnya.
Pasar menutup akhir bulan dengan berbagai sentiment positif. Terlihat kenaikan mulai di ikuti aksi ambil untung pelaku pasar. Awal pekan pasar berpeluang tekoreksi tetapi mungkin akan menguat di akhir pekan.
"Kami perkirakan support sepekan IHSG ada di level 4441 sampai 4317 dan resistance di level 4669 sampai 4747," ungkapnya.
"Ketika terjadi kenaikan jangan melakukan pembelian agresif tetapi cenderung melakukan pembelian saham ketika terjadi koreksi atau pelemahan," sambungnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: