Mercusuar adalah bangunan penting yang digunakan sebagai pemberi sumber cahaya untuk membantu navigasi kapal laut. Keberadaannya pun jauh dari keramaian orang-orang. Namun hal ini tak membatasi pak Yanu, seorang penjaga mercusuar yang tetap mengabdikan diri sebagai penjaga mercusuar.
Pak Yanu, penjaga mercusuar di Pulau Lengkuas, Belitung, Provinsi Bangka Belitung, sudah 35 tahun mengabdikan dirinya sebagai penjaga mercusuar. Pria yang memiliki perawakan kurus dengan wajah yang gelap ini memulai profesinya sebagai penjaga mercusuar di Mercusuar Tanjung Belimbing, Sumatera Selatan.
Ia yang berasal dari ibu kota tentu mearasakan beratnya tinggal di sebuah wilayah yang cukup sepi dan jauh dari keramaian. Namun, kesepian itu hanya berlangsung dalam waktu yang singkat, kini kesepian sudah menjadi hal yang biasa untuknya.
"Saya lahir, sekolah, dan cari kerja di Jakarta," ungkapnya.
Ia mengakui bahwa dulu untuk menjaga mercusuar ia ditemani oleh empat temannya. Namun karena satu dan lain hal, kini Yanu mengawasi mercusuar hanya berdua dengan temannya. Berdua atau berlima adalah hal yang biasa bagi Yanu, ia hanya menjalankan tugas yang diamanahkan kepadanya.
Sayangnya, pada Februari 2020 mendatang, Yanu akan mengakhiri masa tugasnya. Mercusur di Pulau Lengkuas, Belitung ini menjadi mercusuar ketiga yang ia jaga. Pada 1986 dan 1988, ia pernah ditempatkan di pulau kecil yang menjadi salah satu ikon wisata di Belitung.
Karena sudah akrab dengan lingkungan di sekitar mercusuar, kali ini Yanu memboyong anak serta ketiga anaknya di tempat ia bertugas. Dulu saat ia ada keperluan, ia akan meminta izin dan bertukar tugas selama beberapa hari bersama temannya.
Kapal laut KM Lawit, menjadi armada untuknya pulang ke Jakarta, karena harga pesawat yang melonjak tinggi dan terlalu mewah untuknya. Dengan armada ini ia hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp180 ribu untuk sekali jalan.
Selama 35 tahun mengabdikan dirinya sebagai penjaga mercusuar, air bersih dan air minum untuk konsumsi adalah permasalahan utama yang dihadapinya. Mereka hanya mengandalkan air hujan, air sumur, dan pasokan dari sumber air lainnya dari tandon.
Saat musim kemarau tiba, air sumur payau bahkan tidak layak untuk diminum dan hanya bisa dipakai untuk mencuci dan menyiram tanaman. Di Pulau Lengkuas, pasokan air relatif terjaga.
Karena wisatawan yang datang ke mercusuar ini tak tentu kapan datangnya, ia selalu merawat tanaman, memberishkan lantai, mushalla, dan WC umum, meskipun tak ada wisatawan.
Sementara itu, pemerintah Kabupaten Belitung sedang melakukan penggalakan untuk menarik wisatawan, salah satunya BPJS Ketenagakerjaan Belitung Geopark International Stand Up Paddle dan Kayak Marathon 2019 yang diselenggarakan pada 2-4 Agustus di Pantai Tanjung Kelayang.
Kabupaten ini menjadi tujuan utama peselancar stand up paddle lokal dan internasional. Di daerah wisata, kebersihan menjadi syarat yang sangat penting. Terlebih kebersihan Mushalla dan WC umum yang dibutuhkan banyak orang.
Wisatawan yang datang ke mercusuar ini tak bisa naik hingga ke puncak karena tangganya yang rusak. Di atas menara ini terlihat prasasti berbahasa Belanda yang mencantumkan tahun 1882.
Meskipun memberikan kesan yang tak terlupakan saat berhasil naik ke puncak menara dan melihat pemandangan yang indah, bagi Yanu dan pengelola mercusuar keselamatan pengunjung adalah hal yang utama.
Kehadiran lampu mercusuar juga sangat penting, jika lampu tak hidup karena satu dan lain hal, maka banyak orang yang mengeluh, bahkan protes. Salah satunya nelayan yang bisa saja terperangkap karang, nakhoda kapal kehilangan arah, atau jurumudi yang tak tahu tepi pantai.
Yanu lebih memilih area mercusuar yang bebas dari orang luar daripada kesenangan wisatawan dan sensasi angin sepoi dan pemandang indah dari ketinggian.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: