INDOZONE.ID - Penanganan stunting di Banyuwangi menunjukkan hasil positif. Melalui pendekatan menyeluruh dan kolaboratif, angka stunting di kabupaten ini terus menurun secara signifikan dari tahun ke tahun.
Penurunan ini menjadi bukti bahwa kerja keras dan sinergi berbagai pihak mampu membawa dampak nyata bagi kesehatan generasi masa depan. Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menegaskan bahwa stunting merupakan isu kesehatan yang menjadi prioritas utama pemerintah daerah.
Baca Juga: Dilirik DPD RI, Sistem Sirkular Sampah Banyuwangi Akan Jadi Percontohan Nasional
Fokus ini bertujuan untuk menciptakan generasi yang sehat dan bebas dari gangguan pertumbuhan sejak dini.
“Hal ini sesuai dengan komitmen pemkab agar tidak ada bayi baru yang lahir stunting. Jangan ada pula bayi dan balita stunting yang tidak tertangani,” kata Ipuk.
Menurutnya, penanganan stunting tidak bisa hanya mengandalkan sektor kesehatan. Lingkungan tempat tinggal, pola asuh anak, serta kebersihan dan gizi menjadi faktor penting yang turut mempengaruhi. Oleh karena itu, pendekatan lintas sektor menjadi strategi yang diterapkan oleh pemerintah daerah.
Dari sisi kesehatan, perbaikan gizi menjadi fokus utama yang menyasar kelompok rentan seperti remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, ibu melahirkan, hingga balita. Pemerintah tidak hanya memberikan bantuan, namun juga pendampingan dan edukasi secara langsung kepada keluarga.
Upaya ini juga melibatkan banyak pihak, mulai dari tenaga medis, kader posyandu, hingga masyarakat umum yang turut dilibatkan secara aktif. Hasilnya cukup membanggakan.
Baca Juga: Tragedi Kebakaran di Kapuk Muara, Baguna DPD PDIP Bikin Dapur Umum
Data EPPBGM (Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) mencatat tren penurunan prevalensi stunting yang cukup signifikan setiap tahunnya. Pada tahun 2021 angka stunting tercatat sebesar 8,64 persen.
Kemudian pada 2022 turun menjadi 3,95 persen, tahun 2023 menyentuh 3,53 persen, dan hingga awal 2024 tersisa hanya 2,44 persen.
Program-program inovatif juga terus digulirkan, seperti Banyuwangi Tanggap Stunting. Program ini memberikan intervensi gizi untuk ibu hamil berisiko tinggi dan anak di bawah dua tahun dari keluarga kurang mampu. Uniknya, pemkab menggandeng pedagang sayur keliling atau mlijoan sebagai mitra pemberi informasi lapangan.
“Pedagang sayur kita edukasi tentang bumil risti dan balita stunting, sehingga saat keliling menjajakan sayur dan menjumpai warga yang suspek, mereka bisa menginformasikan kepada kader posyandu maupun puskesmas setempat,” urainya.
Selain itu, ada pula program amal bertajuk Hari Belanja yang rutin diadakan setiap bulan di tanggal cantik, seperti 1 Januari (1/1), 2 Februari (2/2), dan seterusnya. Bantuan yang terkumpul disalurkan kepada warga pra-sejahtera, termasuk keluarga yang memiliki balita stunting dan ibu hamil berisiko tinggi.
Dari sisi pencegahan, Banyuwangi juga menjalin kerja sama dengan Pengadilan Agama untuk menekan angka perkawinan usia dini. Bahkan, di setiap sekolah tingkat SMP dan SMA telah dibentuk Duta Pencegahan Perkawinan Anak.
“Di setiap sekolah SMP dan SMA, juga dibentuk Duta Pencegahan Perkawinan Anak yang telah dibekali berbagai pengetahuan tentang risiko perkawinan anak agar memberikan edukasi kepada teman-temannya,” ujar Ipuk.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Humas Pemkab Banyuwangi