Kamis, 06 FEBRUARI 2025 • 15:30 WIB

Sambut Ramadan 2025, Ratusan Warga Kota Yogya Ini Gelar Parade Gunungan, Artinya Filosofis

Author

Prosesi Grebeg Nyadran dan Merti Kampung , Tegalrejo, Kota Yogyakarta

INDOZONE.ID - Dalam rangka menyambut bulan Ramadhan tahun 2025 ini, belum lama ini ratusan warga Kampung Tompeyan, Tegalrejo, Kota Yogyakarta melaksanakan Grebeg Nyadran dan Merti Kampung.

Lebih rinci, ratusan warga itu melibatkan 3 RW dan 9 RT. Parade budaya itu diarak dari Kantor Kelurahan Tegalrejo menuju GOR Tompeyan.

Ketua Panitia Grebeg Nyadran Kampung Tompeyan Eka Yulianta mengatakan kegiatan budaya bernapaskan agama sudah menjadi kebiasaan tiap tahun.

"Grebeg ini sebagai cara warga mengekspresikan semangat berkesenian dengan menampilkan parade gunungan berhiaskan sayuran hasil bumi dan kue apem yang diarak keliling kampung. Diacara ini semuanya terlibat baik mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Sebagai tanda keguyuban warga Tompeyan yang senang bertani dengan lahan terbatas di tengah kota,” kata Eka saat memandu acara.

Simbol parade kebudayaan itu adalah gunungan apem dan ulu wetu, jelas Eka mengatakan keduanya mempunyai filosofi tersendiri.

Apem kerap kali digunakan pada upacara Nyadran mengingat kata apem diambil dari kata afuwwun yang berarti pengampunan.

Sementara itu, gunungan ulu wetu memiliki filosofi rasa syukur kepada Tuhan YME.

“Ini sebagai ungkapan rasa syukur. Kita diberi keluasan rezeki, rumah tangga tentram damai di kampung sini. Terkait dengan rasa syukur dan tasyakur kepada Allah,” ujarnya.

Dengan demikian Eka berharap, siapa saja yang menggelar upacara Nyadran ini bisa kembali bersih dan suci jiwanya sebelum menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadan.

BACA JUGA Pemkot Klaim Capaian Sasaran Pembangunan di Kota Yogyakarta Lampaui Target

 


Pada kesempatan yang sama, Penjabat Walikota Yogyakarta Sugeng Purwanto mengatakan Nyadran merupakan tradisi leluhur yang melambangkan rasa syukur kepada Tuhan YME, yang mana menjadi upaya pelestarian budaya Jawa yang telah ditinggalkan oleh nenek moyang.

"Jadi, gunungan apem merupakan simbol permohonan ampunan hingga permohonan agar selalu diberikan rejeki yang berkah," kata Sugeng.

Lanjut Sugeng menuturkan, tradisi ini menjadi event yang unik memberi nilai tambah bagi daya tarik wisata bagi Kelurahan Tegalrejo dan juga Kota Yogyakarta pada umumnya.

BACA JUGA Kerahkan 7 Truk, DPC PDIP Kota Jogja Bersama Hasto Wardoyo & Wawan Harmawan Resik-resik Sampah

"Sebelum memasuki bulan Ramadhan, diharapkan umat Muslim mempersiapkan diri menjaga kesucian, saling memaafkan, meningkatkan rasa kebersamaan, sekaligus suka cita menyambut bulan puasa. Kiranya hal ini juga merupakan usaha yang berarti dalam melestarikan kekayaan budaya yang dimiliki oleh Yogyakarta," tutur Sugeng.

Untuk itu, pihaknya berharap tradisi Nyadran selalu dilanjutkan, sebagai pengingat akan asal usul dan selalu memberikan rasa hormat kepada leluhur.

"Gunungan ini mohon diterima dengan penuh rasa syukur, mohon ampun dan mengharap keberkahan dari Allah SWT,” pungkas Sugeng.

Tidak hanya diarak dalam parade, gunungan apem dan sayur juga dilombakan pada akhirnya dibagikan pada warga sekitar. Acara ditutup dengan berbagai pentas seni dan kreatifitas di dalam gedung GOR Tompeyan.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Liputan Langsung