Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
INDOZONE.ID - Presiden Prabowo Subianto menetapkan anggaran program makan siang bergizi gratis setiap anak adalah Rp10 ribu.
Dari anggaran ini, pemerintah memastikan kebutuhan gizi akan tercukupi yaitu mengandung setidaknya 600-700 kalori dengan pemenuhan karbohidrat, protein, yodium dan juga zat besi.
Disebutka, Rp10 ribu per anak, setiap keluarga dengan tiga anak misalnya, akan menerima rata-rata Rp30 ribu per hari untuk program MBG tersebut, sehingga per bulannya bisa menerima bantuan dari pemerintah Rp2,7 juta.
Baca Juga: Tegaskan Makan Siang Gratis Diangka Rp 15.000, Gibran: Untuk Anak, Kita Gak Boleh Pelit!
Prabowo menekankan program MBG ini hanya satu dari sekian program bantuan dari pemerintah untuk mengamankan kebutuhan pokok semua lapisan masyarakat, terutama kelompok menengah ke bawah.
Juru Bicara Kantor Komunikasi Presiden Dedek Prayudi menambahkan, Pemerintah, katanya, menggunakan standar UNICEF yang menganggarkan makan siang gratis di sekolah senilai US$1 per hari.
Ahli Gizi dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Prof. Dr. Kokom Komariah, M.Pd, berpandangan bahwa dalam penyiapan menu makan bergizi, pengelola perlu mempertimbangkan berbagai aspek. Terlebih, jika nantinya pemerintah benar-benar hanya akan menganggarkan Rp 10 ribu per porsi untuk program tersebut.
“Kalau pengelolaannya menggunakan pendekatan skala rumah tangga, saya kira anggaran Rp10 ribu itu cukup, dengan menu sederhana,” papar Guru Besar UNY ini, pada Senin (9/12/2024).
Dirinya juga menekankan, dengan anggaran tersebut tidak dipotong untuk kemasan, peralatan makan hingga pajak-pajak pemenangan tender.
"Jadi kalau mungkin sekolah itu memikirkan bagaimana mengelola uang menu 10 ribu itu bisa memenuhi kebutuhan. Nah ini yang perlu diutarakan juga ke orang tua dengan bantuan segitu. Sehingga misalnya kemasan itu enggak masuk, jadi anak-anak mungkin punya alat makan sendiri atau boks sendiri itu kan sudah mengurangi kemasan," ujarnya.
Pengurangan penggunaan kemasan tersebut menurutnya tak hanya mengurangi biaya, tetapi juga mengurangi produksi sampah yang mungkin akan bertambah setelah program makan bergizi gratis diimplementasikan.
Adapun terkait pemilihan menu menjadi strategi berikutnya. Menurutnya, sayuran seperti bayam dan kangkung lebih ekonomis dibandingkan masakan berbahan kompleks seperti capcay.
Sementara untuk kebutuhan protein hewani dapat disubstitusi dengan protein nabati seperti tahu dan tempe.
“Opor misalnya, ayam tetap bisa digunakan, tapi porsinya kecil saja dan didampingi dengan tahu atau tempe. Atau bisa juga bukan potongan daging biasa tapi dikemas pakai nugget," katanya.
Oleh karena itu, Prof Kokok kembali menekankan pentingnya variasi menu dan tidak perlu terpaku pada satu jenis makanan setiap hari.
"Jadi memang harus ada edukasi yang terkait dengan pengelolaan menu. Misalnya termasuk penggunaan bahan yang sedang musimnya (itu dipikirkan) jadi jangan mengambil bahan yang tidak musim terus makanan yang bisa dibagi bersama-sama," ujarnya.
"Mungkin juga sekolah-sekolah perlu memikirkan bagaimana pengelolaannya, apakah seperti asrama karena memang saya pernah tinggal di asrama dan makanannya sederhana, yaitu ada nasi tempe sayur ya itu kan proteinnya juga ada. Nah mungkin besok ada 'tampil' ikan. Memang perlu direkayasa, misalnya telur enggak satu tapi telurnya setengah kemudian ditambahi tahu. Jadi kalau proteinnya tetap terpenuhi," lanjutnya.
Untuk mencapai kebutuhan gizi program tersebut, Prof Kokom menegaskan perlu kolaborasi semua pihak diantaranya seperti komite, para katering makanan, hingga para orang tua.
"Sekali lagi kalau mau menu yang agak modern susah ya kalau dengan anggaran 10 ribu, tapi kalau dibuat siklus menu mungkin bisa. Intinya ini PR bersama untuk sekolah-sekolah butuh penyusunan menu 7 hari dibuat siklus menu," jelasnya.
Pihaknya juga menyebut salah satu tantangan terbesar adalah biaya tambahan dari proses tender yang sering kali membuat harga melonjak.
“Kalau masuk tender, harga jadi mahal. Lebih baik dikelola sendiri dengan pengelolaan menu yang ajeg,” katanya.
Kendati begitu, dirinya bersama timnya akan mencoba membuat penelitian bagaimana makanan dengan anggaran 10 ribu tersebut termasuk memperhatikan aspek bahan bakarnya.
BACA JUGA Tegaskan Makan Siang Gratis Diangka Rp 15.000, Gibran: Untuk Anak, Kita Gak Boleh Pelit!
"Kita coba buat penelitian dengan makanan 10 ribu itu seperti apa kaitannya dengan bahan bakar mungkin perlu dipikirkan. Kemudian teknik pengelolaan yang rumit itu perlu dihindari supaya tidak terlalu mahal kemudian jenis bahan makanan itu jelas," ujarnya.
"Jangan ditelan mentah dengan harga 10 ribu segitu mungkin enggak cukup ya, tapi mungkin sekolah perlu merancang dan memikirkan lagi bagaimana upaya menu 10 ribu bisa mencukupi," pungkasnya.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung