Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus mendorong kerja sama antara satuan pendidikan vokasi dengan dunia usaha, industri maupun kerja. Melalui sekolah menengah kejuruan (SMK) misalnya, saat pandemi Covid-19 lalu, pemerintah tetap memberi perhatian khusus pentingnya praktik kerja lapangan (PKL) atau magang melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 50 Tahun 2020. Peraturan ini mengatur tentang Praktik Kerja Lapangan bagi Peserta Didik yang dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan monitoring, serta evaluasi.
Bahkan, dalam Kurikulum Merdeka, siswa SMK diwajibkan magang hingga 6 bulan dari yang sebelumnya berkisar 2-3 bulan. Bukannya mengapa, selain memperoleh ilmu langsung dari industri, magang juga turut membawa penyesuaian budaya industri ke dalam lingkungan sekolah.
Salah satu dampak signifikan magang di industri tercermin melalui Mila Rosanti, sosok perempuan alumni SMK Industri Logam Situraja, Sumedang, yang begitu merasakan “kenyamanan” kala magang di PT Komatsu Indonesia.
Baca Juga: Keren! Gubernur Banten Perkenalkan Mobil Listrik Karya Siswa SMKN 4 Pandeglang
Tangis Pilu saat Lulus
Desa Cikawung, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, 15 Mei 2021. Mila Rosanti tidak dapat lagi menahan tangisnya. Padahal, dirinya baru saja dinyatakan lulus dari SMK Industri Logam Situraja, Sumedang, pada bulan yang sama.
Bukan tanpa sebab, dirinya yakin benar akan langsung bekerja usai lulus sekolah di tempat magangnya terdahulu, PT Komatsu Indonesia.
“Karena sebelum saya dinyatakan lulus, sudah ada panggilan dari PT Komatsu untuk bekerja di sana. Ketika saya sampaikan kepada orang tua, mereka amat begitu bahagia mendengar kabar tersebut,” ujar Mila.
Namun, hari itu, saat teman-temannya mendapat kabar via telepon genggam dari Komatsu, Mila dan dua orang temannya hanya bisa tertunduk lesu.
“Saya kecewa pada diri saya, orang tua juga sedih. Dari situ, saya berdiam diri di kamar beberapa hari karena harapan yang tinggi, namun tidak bisa tercapai,” ujarnya.
Puncak kesedihannya terjadi tiga hari kemudian, tepat di hari ulang tahunnya ke-18. Air mata sang dara kembali tertumpah.
“Mereka (teman-teman yang dipanggil bekerja) jadi ikut menangis melihat saya. Mereka mengucapkan, ‘Selamat ulang tahun, dan see you Mila. Kita tunggu kamu di sana, semangat terus,” kenang Mila.
Tak mau larut dalam duka, Mila mulai menjalankan kehidupan sehari hari. Bukan sebagai pengangguran, bermodalkan Rp100 ribu dirinya berjualan makanan ringan yang dimasaknya sendiri dengan sebutan “Cemilan Demila”. Tak hanya itu, sambil berjualan dirinya juga bertanggung jawab untuk mengasuh dan menjaga bayi (anak kakak).
“Saya juga berjualan via online. Setelah kakak pulang mengajar, saya langsung menyiapkan pesanan dan langsung mengantar ke pembeli. Omzet saya sehari bisa Rp100-200 ribu. Meski, terkadang di dalam benak saya masih memikirkan tentang bekerja di PT Komatsu,” tuturnya.
Setelah dua bulan berlalu, tibalah musim menanam, Mila pun memutuskan membantu orang tua menanam terong. Alhasil, sebelum matahari terbit, dirinya sudah di kebun hingga pukul 9 pagi, dilanjutkan dengan mengasuh ponakan. Lalu jam 4 sore Mila kembali berkebun untuk menyiram tanaman hingga selesai sekitar maghrib.
“Terkadang saya merasa capek dan merasa ingin seperti teman yang bisa kuliah atau yang ingin apa-apa bisa langsung minta kepada orang tua. Akan tetapi, saya selalu bersyukur atas kehidupan saya,” katanya.
Asa pun Tiba
November 2021 menjadi bulan kebahagiaan sosok Mila. Kabar yang selama enam bulan ia rindukan, akhirnya tiba; Panggilan tes bekerja dari PT Komatsu Indonesia! Menangis terharu, Mila pun bersemangat hingga tiap harinya melakukan persiapan latihan fisik agar lolos dalam proses medical check-up.
Semua Tes Dilalui
Dan, tibalah hari keberangkatan, meninggalkan keluarga di kampung untuk menjemput impian. Mobil jemputan dari PT Komatsu Indonesia sudah stand by sedari pagi untuk memboyong perempuan ceria ini dari Sumedang, menuju Jakarta.
“Di situ, pas keberangkatan, tangisan saya pecah bersama keluarga karena harus meninggalkan keluarga, dan mungkin tidak bisa banyak membantu pekerjaan di rumah lagi,” ucapnya haru.
Usai sudah penantian sang dara, Mila pun memulai pekerjaannya di bagian pattern shop, tepatnya di foundry flen. Sekitar dua minggu pertama, Mila pun harus merasakan tinggal di asrama.
“Saya tidur sendiri karena tidak ada perempuan lagi, sedangkan yang laki-laki itu tidur bersama di aula. Di gedung yang besar di ruangan sendiri, ketika malam lampu gedung tersebut dimatikan. Namun, saya pun terbiasa untuk menjalani itu semua,” ujarnya.
Nyaman di Antara Panas dan Debu
Mila memang bukanlah seperti perempuan lainnya yang biasanya cenderung memilih-milih pekerjaan. Lepas dari kebiasaan, gadis muda ini justru memilih berkarier di PT Komatsu Indonesia yang notabene merupakan industri alat berat.
Namun, bagi Mila, kenyamanan bekerja kala magang di Komatsu inilah yang membuatnya tertarik. Menurutnya, tidak semua orang bisa bekerja di perusahaan besar PT Komatsu yang begitu memperhatikan pekerjanya, mulai fisik hingga kenyamanan.
“Meskipun di foundry terkenal dengan kotor, panas, dan berdebu, namun lingkungannya sangat terjaga. Sebagai perempuan, saya juga sangat diperhatikan dan dihargai. Perempuan punya wewenang untuk melaporkan siapa saja ketika adanya ketidaksenangan yang diperbuat orang lain,” jelasnya.
Di Komatsu Indonesia, Mila bekerja di pattern shop, yaitu tempat perbaikan ketika ada kerusakan di pattern. Pattern adalah desain casting atau pola yang terbuat dari kayu yang menyerupai casting. Di beberapa pattern ada yang menggunkana core, yaitu benda untuk membuat rongga atau bolongan di casting.
“Saya bekerja untuk memperbaiki itu semua ketika ada kerusakan atau penambahan dan pengurangan dimensi di pattern. Di sini bahan dasar perbaikan, ya menggunakan dempul dan hardener yang dicampur,” terang sang dara.
“Saya senang karena pekerjaannya yang tidak terlalu berat dan tidak ditarget. Pekerjaan ini mengharuskan banyak belajar dan teliti, bisa dibilang ini sudah sesuai passion saya,” ungkapnya.
“Dukungan dari rekan kerja sangat antusias sebagai pembelajaran untuk diri saya. Meskipun di sini umumnya laki laki, mereka tidak membeda-bedakan satu sama lain. Mereka bisa dijadikan sebagai orang tua, sahabat, rekan kerja, dan teman curhat sekalipun,” tuturnya.
Kini, Mila mulai menapaki kariernya di PT Komatsu Indonesia. Dirinya pun berharap dapat menjadi salah satu karyawan tetap di sana.
“Dengan bekerja di Komatsu, saya bisa membantu orang tua di kampung. Cita-cita ke depan, saya ingin melunasi utang orang tua. Adapun mimpi terbesar, saya ingin orang tua bisa melaksanakan ibadah haji di Makkah. Saya hanya ingin lebih baik dan bisa bermanfaat untuk semua orang, terutama keluarga,” ungkapnya.
Menapaki kesehariannya mengabdikan diri di PT Komatsu Indonesia, serta mendapatkan lembur kerja dua jam setiap hari begitu dinikmati Mila muda. Keramaian kala di lingkungan di rumah maupun sekolah dulunya, kini berganti menjadi kesendirian.
Baca Juga: Gubernur Sumbar: SMK Harus Sesuaikan Kurikulum Dengan Kebutuhan Dunia Kerja
“Mungkin cukup menantang buat saya. Saya merasakan privasi diri terjaga, lebih tenang, dan bisa merenung. Merasa bosan bukanlah hal yang membuat saya harus mundur dari keadaan ini. Saya di sini untuk mereka (keluarga), untuk membantu ekonomi keluarga, untuk mengangkat derajat orang tua, dan membuat orang tua bangga,” ungkap sang dara.
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: