Dalam setahun terakhir, Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lamkapi) memantau kinerja polisi pemburu teroris tersebut, kini lebih mengedepankan penegakan hukum yang humanis.
Menurut Direktur Eksekutif Lemkapi Dr Edi Hasibuan Densus 88 kini cendrung mengedepankan tindakan persuasif ketimbang tindakan refresif di lapangan. Sehingga, kinerja polisi dalam pemburuan pelaku terorisme pun kini semakin diapresiasi masyarakat.
"Hasil pemantauan kami, penegakan hukum yang yang dilakukan jajaran Densus 88 Anti Teror Polri dalam beberapa bulan terakhir ini semakin profesional," kata Edi Hasibuan di Jakarta, Senin (12/10/2020).
Hal senada juga disampaikan Komisioner Kompolnas Poengky Indarti. Menurut dia, memang saat ini Densus 88 lebih humanis. Poengky pun punya beberapa kriteria mengapa Densus 88 kini dianggap lebih humanis.
"Tolak ukur saya adalah dalam melakukan penangkapan terhadap orang-orang yang disangka teroris dilakukan lebih profesional: hati-hati, senyap tanpa publikasi heboh, sehingga polisi bisa langsung menangkap tanpa perlawanan sengit yang terkadang menimbulkan luka-luka atau meninggal dunia," kata Poengky.
Dia menjelaskan, Densus 88 sangat profesional memetakan jaringan-jaringan teroris dan mengamati secara cermat pergerakannya, tanpa disadari oleh yang diamati.
"Tahu-tahu mereka yang ada di jaringan sudah dapat ditangkap untuk dilakukan proses hukum. Yang sangat membanggakan, kehebatan Densus 88 Polri sudah diakui seluruh dunia," tutur Poengky.
"Bahkan Densus 88 diakui sebagai salah satu anti teror yang terbaik di dunia," pungkasnya.
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: