Bank Indonesia (BI) meramal, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua tahun 2020 atau selama periode April, Mei dan Juni, bakal mengalami kontraksi cukup dalam dan menyentuh level terendah, khususnya di masa pandemi virus Corona.
Hal itu disampaikan oleh Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam paparan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG), Kamis (16/7/2020).
"Pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II-2020, diperkirakan mengalami kontraksi dengan level terendah tercatat terjadi pada Mei 2020. Perkembangan ini dipengaruhi oleh kontraksi ekonomi domestik, khususnya pada April dan Mei 2020, sejalan dengan dampak PSBB untuk mencegah pandemic yang kemudian mengurangi berbagai aktivitas ekonomi," ujar Perry.
Meski demikian, Perry menyebut bahwa kontraksi ekonomi tersebut terjadi tak hanya di Indonesia, melainkan juga di seluruh dunia. Sebut saja Singapura, negara tetangga Indonesia itu sudah mengumumkan terjadinya resesi lantaran dalam dua triwulan berturut-turut mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi.
"Sejumlah indikator ekonomi global, menunjukkan permintaan yang lebib lemah. Ekspektasi pelaku ekonomi yang masih lemah, serta ekspor yang masih tertahan sampai Juni 2020. Sejalan dengan permintaan global yang lebih lemah tersebut, volume perdagangan dan harga komoditas dunia juga lebih rendah dari perkiraan semula, dan hal ini menurunkan pula tekanan inflasi global," jelas Perry.
Meski demikian, ada hal yang sedikit menggembirakan menurut Perry, sebab meskipun di triwulan kedua ini diprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh negatif, namun berbagai indikator ekonomi mulai terlihat bergerak naik. Ia menyebut, ekspor mulai menggeliat karena sejumlah negara tujuan ekspor seperti Tiongkok sudah mulai membuka diri.
"Perkembangan terkini I Juni, perekonomian mengalami perbaikan, seiring dengan relaksasi PSBB. Meskipun belum kembali pada sebelum covid. Perkembangan positif tercermin pada penjualan ritel, indeks PMI, ekspektasi konsumen dan berbagai indikator domestik lain yang mulai menunjukkan peningkatan," tuturnya.
"Sementara kinerja ekspor seperti besi dan baja juga mengalami perbaikan, seiring dengan peningkatan permintaan Tiongkok untuk sejumlah proyek infrastruktur," pungkasnya.
Artikel menarik lainnya
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: