Rabu, 06 MEI 2020 • 22:59 WIB

Ada Penumpang Terpapar Corona, Perlukah Operasional KRL Dihentikan?

Author

Rangkaian KRL Commuterline melintas di samping masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. (ANTARA/Paramayuda)

Wali Kota Bogor Bima Arya baru-baru ini menyatakan ada tiga orang penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) relasi Bogor-Jakarta yang dinyatakan positif terpapar virus corona (Covid-19).

Informasi tersebut diungkapkan oleh Bima Arya berdasarkan hasil pemeriksaan swab PCR yang dilakukan terhadap 325 penumpang, dan ditemukan tiga orang positif Covid-19, pada Senin 4 Mei 2020.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) merespons hal tersebut dengan menyatakan untuk memperketat protokol kesehatan di KRL. Bukan, menghentikan operasionalnya.

"Permenhub Nomor 18/2020 secara tegas telah menyatakan bahwa: Pertama, penumpang wajib menggunakan masker. Kedua, petugas mengecek suhu tubuh penumpang. Pada 10 stasiun juga telah dipasang thermal scanner yang mampu mendeteksi suhu tubuh ratusan pengguna dalam waktu bersamaan," urai Juru Bicara Kemenhub, Adita Irawati.

Sejumlah penumpang berjalan di dekat gerbong KRL Commuter Line di Stasiun Bogor, Jawa Barat, di hari pertama PSBB di Bogor, Jawa Barat. (ANTARA/Arif Firmansyah)

Sementara Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno mengatakan, bukan salah operasional KRL saat ada penumpang yang terpapar corona. Dia menambahkan, sebenarnya hal terpenting adalah bagaimana mengatur mobilisasi penumpang KRL yang jumlahnya tak sedikit.

"Bukan salah moda transportasinya, tapi bagaimana kita mampu mengatur mobilisasi orangnya," ujar Djoko saay berbincang dengan Indozone, Rabu (6/5/2020).

Dia menjelaskan, jika KRL tidak beroperasi sementara waktu, harus dipertimbangkan nasib sekitar 7 ribu pegawai berstatus outsourching PT KCI (pengelola KRL). 

"Apakah ada pihak mau menanggung biaya hidupnya selama KRL tidak dioperasikan? Lalu siapa yang bertanggung jawab menyediakan angkutan alternatif tersebut, termasuk anggarannya? Sudah barang tentu jumlah armada bisa ribuan unit kendaraan," paparnya.

Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata itu juga mengungkapkan pengelola KRL sebaiknya memperbaiki frekuensi KRL, salah satunya dengan mengatur headway dan menambah rentang jam operasi KRL, semula jam 06.00-18 WIB menjadi jam 05.00-19.00 WIB. 

Aktivitas KRL saat pandemi corona.(ANTARA/Fauzan)

Djoko menuturkan, kapasitas angkut saat jam sibuk di lintas Bogor-Jakarta dapat mencapai 20 ribu penumpang. Sementara jumlah penumpang saat jam sibuk sekitar 35 ribu orang. 

Dia menegaskan, selama pandemi corona, prioritasnya adalah menjaga jarak aman dan memastikan pekerja penting kami dapat mencapai tempat kerja mereka dengan aman dan tepat waktu. Sedangkan, pekerja yang tidak penting, silakan bekerja dari rumah (work from home) dan tinggal di rumah (stay at home). 

"Sesungguhnya yang harus dihentikan adalah kegiatan, bukan aktivitas transportasi. Intinya adalah bagaimana mengelola demand atau kegiatan di Jakarta," pungkasnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

TERPOPULER
TAG POPULER
BERITA TERBARU
Tentang Kami Redaksi Info Iklan Kontak Pedoman Media Siber Kode Etik Jurnalistik Pedoman AI dari Dewan Pers Karir