INDOZONE.ID - Indonesia disinyalir terancam krisis air untuk tingkat menengah pada tahun 2025, Hal ini tercantum dalam laporan yang dikeluarkan Forum Air Dunia. Bahkan Lembaga LIPI (sekarang BRIN) pada tahun 2019 memprediksi bahwa tahun 2040 pulau Jawa akan mengalami kehabisan air bersih.
Kelangkaan air bersih mengalami peningkatan seiring terjadinya deforestasi, betonisasi, polusi hingga global warming.
Menyikapi kondisi itu, Pemda DIY melakukan giat tanam bersama pohon langka oleh Kraton Yogyakarta dan Pengurus Pusat Organisasi Pemuda Lintas Agama yang berlangsung di obyek wisata Nawang Jagad, Kaliurang, Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada Senin (20/1/2025).
Pohon langka yang ditanam tersebut ada tiga jenis yaitu diantaranya sawo kecik, kepel, dan pronojiwo.
Acara dihadiri oleh Gubernur DIY Sri Sultan HB X, GKR Mangkubumi, RM Gusthilantika Marrel Suryokusumo, RM Drasthya Wironegoro, Ketum GP Ansor, Ketum Pemuda Muhammadiyah, Ketum Pemuda Katolik, Ketum Pemuda Kristen (GAMKI), Ketum Pemuda Budha (Gemabudhi), Ketum Pemuda Hindu (Peradah), Ketum Pemuda Konghucu (Gemaku), dan AM Putut Prabantoro yakni selaku Taprof Lemhannas RI.
Diketahui, acara tersebut diinisiasi langsung oleh cucu Sri Sultan Hamengkubuwono X yakni RM Gusthilantika Marrel Suryokusumo dengan tema "Air Untuk Masa Depan Peradaban".
Gusti Marrel mengatakan, dibalik inisiasinya tersebut dilakukan secara mendadak pada bulan Desember 2024 lalu lewat pertemuannya bersama para ketua umum pemuda agama lintas agama tersebut.
"Ini merupakan sebuah inisiasi penting pada saat bertemunya dengan para ketua umum pemuda agama lintas agama di bulan lalu (Desember), yang dimana melahirkan sebuah ide untuk awal tahun 2025 dengan memulai dengan simbolik kita menanam demi kelancaran air. Maka dari itu tema pada penanaman ini adalah air untuk masa depan peradaban," kata Gusti Marrel dalam sambutannya.
Sementara itu, GKR Mangkubumi sebagai Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Datu Dana Suyasa turut menyampaikan, terkait krisis air yang terjadi di DIY yakni sejak erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 silam. Dimana sungai-sungai itu tertutup lahar.
"Kami ingin lebih banyak lagi pohon-pohon yang ditanam. Karena sejujurnya, sejak erupsi Merapi tahun 2010 yang agak besar itu banyak sekali sungai-sungai, dan aliran sungai yang tertutup.
Nah, dengan penanaman yang semakin banyak ini, yang kemudian akan menimbulkan kembalinya sampai mengaliri ke selatan. Mudah-mudahan dari teman-teman dari lintas agama bisa mengajak teman-teman lainnya untuk bersama-sama menanam yang lebih luas lagi, gitu," kata GKR Mangkubumi kepada wartawan usai acara.
GKR Mangkubumi menambahkan, kurangnya sumber mata air terjadi tidak hanya karena lahar gunung, namun juga banyaknya aktivitas manusia yang merusak salah satunya pertambangan pasir.
"Ada aktivitas yang sangat luar biasa gitu, pencemaran yang ada di situ. Aktivitasnya lainnya juga karena pertambangan. Kan warga tentunya memperlukan memerlukan air, lingkungan yang sehat, dan memerlukan udara yang baik. Ya kita ingin mengajak bersama-samalah ini masyarakat untuk kita yuk saling menjaga. Saling menjaga alam. Semakin menjaga bumi ini untuk lebih baik lagi," ucap GKR Mangkubumi.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung