Kategori Berita
Media Network
Selasa, 14 MARET 2023 • 17:22 WIB

Libatkan Forum Anak dalam Musrenbang, Ini Program Ganjar untuk Anak- anak Jateng

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo (Dok. Pemprov Jateng)

Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo, selalu melibatkan seluruh elemen masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan di Provinsi Jawa Tengah. Di antaranya dengan melibatkan Forum Anak pada setiap kegiatan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) di berbagai wilayah di Provinsi Jateng.  

Forum Anak merupakan organinasi yang dibina oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, untuk menjembatani komunikasi dan interaksi antara pemerintah dengan anak-anak di seluruh Indonesia dalam rangka pemenuhan hak partisipasi anak.

Dengan melibatkan Forum Anak dalam Musrenbang, Ganjar bisa memahami isu dan permasalahan yang ada di daerah terkait dengan kebutuhan anak. Beberapa kebijakan dan program terkait dengan pemenuhan hak dan kebutuhan anak pun telah dibuat supaya anak dapat tumbuh berkembang dengan sehat dan bahagia.

Sebelumnya, Ganjar juga mengajak Forum OSIS Jawa Tengah untuk mengikuti Musrenbang. Ganjar berharap dapat mendengar langsung aspirasi dan ide dari pelajar sekaligus memberikan ruang pembelajaran tentang perencanaan pembangunan daerah. 

Selama memimpin Jawa Tengah, Ganjar selalu menggandeng kelompok minoritas dalam perencanaan program prioritas. Kelompok minoritas yang dimaksud adalah kelompok anak, perempuan dan disabilitas. Sebab, dari mereka akan muncul masukan yang seringkali tidak terpikirkan oleh pemerintah.

Berikut sejumlah program Ganjar untuk anak-anak di Provinsi Jateng: 

1. Jo Kawin Bocah

Ganjar membawa Jateng menjadi Provinsi Pelopor Anak melalui  program ‘Jo Kawin Bocah’ dan ‘Jogo Konco’. Capaian tersebut dianugrahkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI pada 2021 lalu karena Jateng berhasil mewujudkan 100 persen kabupaten/kota layak anak.

Melalui Jo Kawin Bocah, Ganjar berupaya mencegah pernikahan dini dan mendorong masyarakat menikah pada usia matang. Program Jo Kawin Bocah sendiri merupakan amanah Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 yang mencantumkan batas minimal usia menikah bagi laki-laki dan perempuan adalah 19 tahun.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo (Dok. Pemprov Jateng)

Untuk mendukung program ini, Ganjar melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jateng mendirikan Care Center Jo Kawin Bocah. Angka dispensasi perkawinan anak di Jateng yang dikeluarkan Pengadilan Tinggi Agama, akhirnya menurun dari 14.072 anak di tahun 2021 menjadi 11.392 pada tahun 2022. 

Ganjar pun menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mencegah perkawinan usia anak yang kerap menjadi penyebab stunting, pendidikan rendah, hingga ketidakstabilan rumah tangga. Itu sebabnya, Ganjar menyebut gerakan Jo Kawin Bocah bertujuan untuk memenuhi hak anak dalam kelompok rentan agar tidak dinikahkan.

Baca Juga: BPK Sebut Jateng Jadi Daerah dengan Capaian Presentasi Rekomendasi Terbaik Se-Indonesia

2. Jogo Konco

Ganjar juga berupaya mencegah perundungan, eksploitasi, dan membantu anak mengembangkan inovasi lewat program Jogo Konco bersama Forum Anak. Jogo Konco adalah aplikasi berbasis website sebagai wadah sharing dan curhat anak ketika mereka mengalami problem keseharian seperti pendidikan, kesehatan, sosial budaya ataupun bullying.

Program Jogo Konco sendiri mendapatkan apresiasi dari Kepala Program Perlindungan Anak Unicef, Milen Kidane. Menurut Milen, platform ini merupakan bagian dari perlindungan anak di dunia maya.

3. Apem Ketan

Ganjar juga menciptakan aplikasi Aplikasi Perempuan dan Anak Rentan (Apem Ketan) untuk mendamping anak yatim dan piatu. Aplikasi ini sangat bermanfaat saat pandemi Covid-19 untuk mendata 7.967 yatim anak di Jateng yang keluarganya terdampak Virus Corona.

4. Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5Ng)

Program yang dapat diterjemahkan sebagai "memantau ibu hamil" tersebut diluncurkan Ganjar untuk menekan angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita (AKABa) di Jateng. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk menekan angka anak kerdil atau stunting di Jawa Tengah.

Pada 2013, angka stunting di Jawa Tengah mencapai 37 persen. Namun pada 2022, stunting Jateng berhasil turun drastis menjadi 17,4 persen. Penurunan itu luar biasa, karena angka stunting nasional masih berada di angka 24 persen. Artinya Jateng berhasil berada di posisi lebih baik dari rata-rata nasional.

Capaian Jateng terhadap penurunan angka stunting ini juga telah melewati target Sustainable Development Goals (SDGs). Sebab dalam SDGs ditargetkan angka stunting harus di bawah 20 persen pada 2030 mendatang.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo (Dok. Pemprov Jateng)

Sementara, di Jateng angka stunting sudah di bawah 20 persen. Bahkan ditargetkan pada 2023 ini, angka stunting turun menjadi 14 persen.

Selain itu, pada 2022 jumlah angka kematian ibu mencapai 335 kasus dan angka kematian bayi turun menjadi 3.031 kasus. Jumlah itu mengalami penurunan hampir 50 persen jika dibandingkan pada 2013 silam. Pada 2013, AKI mencapai 613 kasus sementara AKB mencapai 5.481 kasus.

Baca Juga: Pantau Aktivitas Merapi, Ganjar Pranowo Instruksikan Agar Masyarakat Dapat Update Terkini

5. Sekolah Asrama Gratis Bagi Anak Keluarga Miskin

Ini adalah program Ganjar dalam rangka memutus rantai kemiskinan di Jateng lewat jalur pendidikan. Dimulai pada 2014 saat Gubernur Jateng dua periode ini meresmikan SMK Negeri Jawa Tengah di Semarang, sekolah vokasi dengan konsep asrama. Seluruh siswa maupun siswi di sekolah tersebut haruslah warga Jateng dan berasal dari keluarga miskin. 

Dibiayai menggunakan APBD Jateng, para pelajar di sekolah tersebut juga dibebaskan dari berbagai biaya seperti SPP, biaya asrama, dan biaya makan. Selain itu, mereka juga memperoleh baju seragam, perlengkapan sekolah serta uang saku. Selain di Semarang, sekolah sejenis juga didirikan di Pati dan Purbalingga. 

Yang menarik, tidak hanya memperoleh ijazah. Saat menyelesaikan pendidikan, pihak sekolah juga membantu para siswa dan siswi tersebut untuk memperoleh pekerjaan. Selain itu, pihak sekolah juga mengusahakan para siswa siswinya untuk memperoleh beasiswa bagi mereka yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi.

Dengan menggandeng pihak swasta, pada tahun 2023 Ganjar berencana menambah lima belas sekolah sejenis di seluruh wilayah Jateng.

6. Transportasi Umum Murah untuk Pelajar Jateng

Trans Jateng atau Transjateng adalah sistem Bus Rapid Transit (BRT) terpadu yang dioperasikan dibawah Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Tengah. Layanan ini mencakup wilayah Jawa Tengah dan beroperasi menurut aglomerasi perkotaan. BRT ini mengadopsi sistem yang sama seperti layanan BRT selain Transjakarta dan Trans Semarang. 

Layanan ini diluncurkan oleh Gubernur Ganjar Pranowo di Terminal Bawen dengan koridor pertamanya yakni Stasiun Tawang hingga Terminal Bawen di daerah aglomerasi Kedungsepur.

Waktu tempuh dari dan ke dua titik pemberhentian di setiap koridornya berada pada kisaran satu hingga dua jam. Sedangkan tarif yang dikenakan per penumpang sebesar Rp4.000,00 untuk penumpang umum, dan Rp2.000,00 untuk buruh, veteran, dan pelajar dengan menunjukkan kartu pengenal (buruh, pelajar, dan veteran) dan Jamsostek (buruh).

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Libatkan Forum Anak dalam Musrenbang, Ini Program Ganjar untuk Anak- anak Jateng

Link berhasil disalin!