Kategori Berita
Media Network
Senin, 27 SEPTEMBER 2021 • 17:45 WIB

Patung Soeharto, Sarwo Edhie, AH Nasution Hilang dari Museum Kostrad, Gatot: PKI Menyusup

Patung mantan Presiden Soeharto di Joglo Kemusuk, Argomulyo, Bantul, Yogyakarta, Jumat (7/6). (ANTARA/Sigid Kurniawan)

Dalam beberapa jam terakhir, publik digegerkan oleh kabar hilangnya sejumlah patung tokoh sejarah di Museum Darma Bhakti di Markas Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) di Gambir, Jakarta Pusat.

Patung yang hilang antara lain patung mantan Presiden RI Jenderal Soeharto, patung Letnan Jenderal TNI Sarwo Edhie Wibowo, dan patung Jenderal AH Nasution.

Kabar tersebut disampaikan secara tegas oleh Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo saat menjadi pembicara dalam webinar yang berjudul 'TNI Vs PKI' pada Minggu (26/9/2021).

Mulanya, Gatot menyampaikan hal itu saat membicarakan perihal eksistensi komunisme di Indonesia. Menurut dia, komunisme jelas masih ada di Indonesia.

"Tentu selalu ada yang membantah dengan berbagai cara dan pendekatan. Bagi saya, itu sah-sah saja di negara demokrasi," katanya.

Museum Memorial Jenderal Besar HM. Soeharto, Kemusuk, Argomulyo, Bantul, Yogyakarta. (ANTARA/Sigid Kurniawan)

Menurut Gatot, keberadaan komunisme di Indonesia bahkan menyusup ke tubuh TNI. 

"Menyusup ke semua lini kekuasaan. Ini yang sangat berbahaya. Bahkan sampai ke TNI juga," katanya.

Gatot bilang, peristiwa pasca-G30S melahirkan dendam sejumlah kelompok yang merupakan keturunan biologis anggota PKI. Menurut dia, mereka telah menjelma menjadi komunis gaya baru yang bercita-cita menguasai Indonesia.

"Bangsa Indonesia sedang berada di tikungan tajam yang sangat berbahaya," katanya.

Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo. (ist)

Bukti bahwa komunisme masih ada, kata Gatot, terlihat dari hilangnya patung-patung di Museum Darma Bhakti di Makostrad tersebut.

"Bukti nyata jurang kehancuran itu adalah persis di depan mata. Baru saja terjadi adalah Museum Kostrad, betapa diorama yang ada di Makostrad, dalam Makostrad ada bangunan, bangunan itu adalah kantor tempatnya Pak Harto (Soeharto) dulu, di situ direncanakan gimana mengatasi pemberontakan G30SPKI di mana Pak Harto sedang memberikan petunjuk ke Pak Sarwo Edhie sebagai Komandan Resimen Parako dibantu oleh KKO. Ini tunjukkan bahwa mau tidak mau kita harus akui, dalam menghadapi pemberontakan G30SPKI, peran Kostrad, peran sosok Soeharto, peran Kopassus yang dulu Resimen Para Komando dan Sarwo Edhie, dan peran Jenderal Nasution, peran KKO jelas akan dihapuskan dan (tiga) patung itu sekarang tidak ada, sudah bersih," kata Gatot.

Gatot mengatakan, berdasarkan informasi yang didapatnya dari utusannya yang ia perintahkan untuk berkunjung ke Museum Darma Bhakti di Makostrad, bukan cuma patung Soeharto, Sarwo Edhie, dan AH Nasution saja yang hilang, tetapi juga diorama 7 pahlawan revolusi juga hilang.

"Saya mendapat informasi--walau bagaimanapun saya mantan Pangkostrad--baru akhir akhir ini disampaikan bahwa diorama bukan hanya patung Pak Harto, patung Pak Sarwo Edhie, sama Pak Nasution tapi juga 7 pahlawan revolusi sudah tidak ada di sana, dan khusus di ruangan Pak Harto mencerminkan penumpasan pemberontakan G30SPKI dikendalikan oleh Pak Harto di markasnya," katanya.

Diorama peristiwa G30S/PKI di Monumen Pancasila Sakti, di Pondok Gede, Jakarta Timur. (ANTARA FOTO/Risky Andrianto)

Gatot mengaku, awalnya dia tidak percaya bahwa patung-patung dan diorama itu hilang. Ia baru percaya setelah utusannya itu memberikan bukti berupa foto dan video usai berkunjung ke museum tersebut.

"Maka saya katakan ini kemungkinan sudah ada penyusupan paham-paham kiri, paham-paham komunis di tubuh TNI," kata Gatot.

Kostrad Bantah Hilangkan

Kepala Penerangan Kostrad Kolonel Inf Haryantana membantah pihaknya menghilangkan ataupun membongkar patung tokoh-tokoh sejarah tersebut.

"Tidak benar Kostrad mempunyai ide untuk membongkar patung Pak Harto, Pak Sarwo Edhie, dan Pak Nasution yang ada dalam ruang kerja Pak Harto di Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad," ujar Kolonel Infanteri Haryantana dalam keterangan pers tertulis, Senin (27/9/2021).

Menurut Kolonel Inf Haryantana, pembongkaran patung-patung tersebut merupakan permintaan dari Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution, yang merupakan penggagas pembuatan patung-patung tersebut. Pembuatan patung dilakukan ketika dirinya menjabat sebagai Pangkostrad, pada 9 Agustus 2011 hingga 13 Maret 2012.

Azmyn Yusri Nasution, kata Haryantana, telah menyampaikan keinginannya itu kepada Letjen Dudung Abdurachman. Alasannya disebut-sebut untuk ketenangan lahir dan batin. 

"Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution meminta patung-patung yang telah dibuatnya untuk dibongkar demi ketenangan lahir dan batin, sehingga pihak Kostrad mempersilahkan," jelas Haryantana.

Artikel Menarik Lainnya:

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Patung Soeharto, Sarwo Edhie, AH Nasution Hilang dari Museum Kostrad, Gatot: PKI Menyusup

Link berhasil disalin!