Kategori Berita
Media Network
Rabu, 05 AGUSTUS 2020 • 18:07 WIB

Khawatirkan Pandemi, Menkeu: Lembaga Dunia Ramai-ramai Koreksi Pertumbuhan Ekonomi

Tangkapan layar YouTube, konferensi pers virtual yang disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tentang hasil rapat anggota KSSK di Jakarta, Rabu (5/8/2020). (INDOZONE/Sigit Nugroho)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, berbagai lembaga dunia ramai-ramai merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2020. Hal itu dilakukan menyusul meningkatnya kekhawatiran akan terjadinya second wave atau gelombang kedua penyebaran virus corona di dunia.

Sri Mulyani mengatakan, kekhawatiran munculnya second wave itu sendiri dipicu lambatnya penemuan vaksin untuk mengatasi pandemi. Sebagaimana diketahui, beberapa negara tengah melakukan riset terhadap vaksin anti corona.

Meski sudah ada temuan, termasuk di Indonesia oleh BUMN Bio Farma, namun hal itu masih memerlukan uji klinis yang memakan waktu, sebelum nantinya vaksin tersebut bisa diproduksi secara massal.

"Adanya kemungkinan terjadi second wave di berbagai negara yang telah melakukan pembukaan ekonomi dan belum adanya kepastian mengenai kapan ditemukannya dan bisa diedarkan vaksin untuk atasi pandemi, ini menimbulkan ketidakpastian yang cukup tinggi bagi dinamika ekonomi nasional dan global," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual hasil rapat KSSK di Jakarta, Rabu (5/8/2020).

Ia mengungkap, pada level global, berbagai lembaga internasional telah melakukan koreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi secara tajam.

"IMF misalnya, memperkirakan pertumbuhan ekonomi global kontraksi di level -4,9% dan nanti Oktober (2020) IMF akan mengeluarkan proyeksi terbaru untuk 2020. Bank dunia juga lakukan koreksi dari pertumbuhan ekonomi global menjadi -5,2% untuk 2020, sedangkan OECD memberikan proyeksi dalam rentang antara -7,6% dan -6% dan ini lebih diakibatkan oleh adanya ketidakpastian apakah akan terjadi second wave pandemi," jelasnya.

Sri Mulyani mengakui, kondisi pandemi sangat memengaruhi ekonomi dan stabilitas sistem keuangan. KSSK melihat, kata dia, stabilitas sistem keuangan pada Kuartal II tahun 2020 yakni periode April, Mei, Juni adalah dalam kondisi normal meskipun kewaspadaan terus ditingkatkan.

"Beberapa indikator memang menunjukkan stabilitas sistem keuangan tetap baik, meski harus disadari bahwa penyebaran Covid-19 yang masih tinggi tentu menimbulkan kewaspadaan dan kehati-hatian dalam melihat prospek ekonomi dan dampaknya terhadap stabilitas sistem keuangan," tuturnya.

Meski demikian, ia menyebut bahwa Kuartal III-2020 ini merupakan titik balik perekonomian Indonesia ke arah pemulihan. Ia optimis skenario Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui adanya stimulus fiskal akan mampu mendorong perekonomian Indonesia untuk bangkit, sehingga jurang resesi yang dikhawatirkan bisa diminimalisir.

"Langkah-langkah yang dilakukan oleh otoritas fiskal dan moneter, dalam hal ini yang dilakukan pada sektor keuangan oleh OJK dan LPS terus-menerus memerhatikan dinamika ekonomi tersebut dan potensi dampaknya terhadap stabilitas sistem keuangan kita. Kita terus melakukan dalam forum KSSK selain melihat dan menganalisa data yang ada, kita bersama terus memformulasikan dan mendesain kebijakan umum untuk bisa meminimalkan dampak negatif dari Covid-19 terhadap kegiatan ekonomi dan sektor keuangan," pungkasnya.

 

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Khawatirkan Pandemi, Menkeu: Lembaga Dunia Ramai-ramai Koreksi Pertumbuhan Ekonomi

Link berhasil disalin!