Ilustrasi virus korona (Unsplash/CDC)
Virus corona atau Covid-19 yang mewabah di sejumlah negara, terutama di Tiongkok, sedikit banyak telah memengaruhi sektor bisnis dunia. Namun demikian, sektor logistik masih terbilang aman. Sejauh ini, virus korona belum memengaruhi produktivitas pengiriman barang.
Hal tersebut dikerenakan pengiriman barang via jalur laut masih terbuka, baik ke Tiongkok maupun negara-negara terjangkit lainnya.
"Kalau dampak signifikan sampai dua bulan ini sih belum ya, karena dari sisi laut belum terkena dampak. Bahkan kami sudah punya antisipasi melalui karantina. Apalagi kalau ada barang impor yang berupa hewan, ini sudah diantisipasi sehingga saya melihat dari sisi logistik belum berdampak signifikan. Dampak ada tapi belum signifikan," ujar Ketua Komoartemen Hubungan Antar Wilayah Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia, Febrizal Rahmana di Jakarta, Rabu (12/2/2020).
Menurutnya pergerakan logistik dari dan ke Tiongkok pada masa Imlek biasanya terhambat karena banyak pabrik yang tutup. Namun merebaknya virus korona di saat yang sama, arus logistik pun belum bisa berjalan normal, apalagi ada penghentian ekspor dan impor ke negara tersebut.
"Pengiriman barang lewat laut masih berjalan tapi belum berlangsung normal karena masih banyak pabrik yang tutup pasca imlek," tuturnya.
Kementerian Perindustrian sendiri sebenarnya tengah mempersiapkan strategi substitusi impor dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Menurut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, strategi itu penting lantaran sebagian besar pabrikan bahan baku di Tiongkok menurunkan kapasitas produksi atau bahkan tidak berproduksi karena virus korona.
Agus juga menyadari bahwa virus korona itu juga akan mempengaruhi performa ekspor pabrikan nasional lantaran Tiongkok merupakan mitra dagang utama pabrikan domestik. Maka itu, pemerintah, disebut Agus tengah mencari pasokan bahan baku dari negara lain untuk jangka pendek.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: