Kedekatan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri kian terasa. Hal itu nampak setelah Gerindra mengalah dalam ajang pemilihan ketua MPR periode 2019-2020.
Pasca-pertemuan dan makan siang bersama di Teuku Umar pada Juli lalu. Kemesraan Gerindra dan PDIP sudah tak terbendung lagi. Prabowo seakan ketagihan dengan diplomasi nasi goreng Mega.
Kedekatan ini memunculkan spekulasi bahwa pemerintahan Jokowi-Ma'ruf akan kedatangan kekuatan baru di barisan partai pendukung, yakni Gerindra.
Terlebih setelah Prabowo membebaskan Fadli Zon dari DPR untuk tugas khusus dan menunjuk Sufmi Dasco Ahmad menjadi wakil ketua DPR. Aroma posisi untuk Gerindra di pemerintahan semakin terasa dan menjawab premis spekulasi tersebut.
Sufmi menjelaskan, Prabowo memang telah memberikan konsep dan gagasan kepada pemerintah.
Menurut Wakil Ketua Umum Gerindra itu, gagasan dan konsep tersebut, bukan menyodorkan orang untuk masuk di pemerintahan.
Sebaliknya, jika gagasan dapat diterima dan dilihat pembidangannya barulah Gerindra akan menentukan orang yang akan diutus.
"Kalau diterima ya kita masuk, kalau belum bisa diterima ya kemungkinan kita memperkuat pemerintahaan dari luar," ujarnya saat dikonfirmasi wartawan, Jumat (4/10).
Sebelumnya, Gerindra mengubah haluan dalam pemilihan Ketua MPR setelah ada komunikasi Megawati dengan Prabowo. Hal tersebut diakui Ahmad Muzani, sosok yang sebenarnya digadang-gadang Gerindra menjadi Ketua MPR.
Menurut Muzani, Megawati meminta pengertian Prabowo agar pemilihan Ketua MPR berjalan dengan musyawarah mufakat. Setelah komunikasi itu, Gerindra pun memberikan dukungan kepada Bambang Soesatyo sebagai Ketua MPR periode 2019-2024.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: