Novia Widyasari Rahayu semasa hidup. (Foto: Istimewa)
Sudah lima hari berlalu sejak Novia Widyasari Rahayu, mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Brawijaya (UB) meninggal dunia di pusara ayahnya di TPU Islam Dusun Sugihan, Desa Japan, Kecamatan Sokoo, Kabupaten Mojokerto, Kamis, 2 Desember 2021.
Sampai hari ini, simpati publik terus mengalir deras untuk gadis 23 tahun yang gemar menulis itu. Dengan tagar #JusticeForNovia dan #SaveNoviaWidyasari, publik menginginkan agar keadilan untuk Novia ditegakkan. Publik ingin agar Bripda Randy Bagus, pacar Novia yang telah menghamilinya dan memaksanya aborsi dua kali, dihukum seberat-beratnya.
Selagi simpati terus mengalir dan kecaman terhadap kekerasan seksual terus bergema, fakta-fakta lain mengenai kehidupan Novia sedikit demi sedikit tersingkap.
Berikut sejumlah fakta lain dari Novia yang menyayat hati.
Melalui tulisan-tulisannya, Novia memberi isyarat bahwa dirinya tidak ingin menggugurkan kandungannya.
Ia ingin merawat janin dalam rahimnya dan melahirkan. Ia bahkan diduga sudah menyiapkan nama untuk anaknya.
Nama itu tak lain nama yang ia gunakan untuk akun keduanya di situs Quora, yakni Aulia Dinarmara Putri R.
Ya, seperti diketahui, Novia punya dua akun Quora. Satu memakai nama aslinya, Novia Widyasari Rahayu, dan satu lagi memakai nama Aulia Dinarmara Putri R.
Novia lebih banyak mencurahkan beban dan masalahnya di akun Aulia Dinarmara Putri R.
Di dalam sejumlah jejak digitalnya, termasuk di dalam tulisannya, Novia beberapa kali mengungkapkan bahwa dirinya menyukai minuman red velvet.
Bahkan, minuman itu menjadi minuman terakhir ia yang tenggak dengan mencampurnya dengan racun sianida. Hal itu tertuang di dalam salah satu tulisannya.
"Saya sengaja nulis ini kemarin. Saya berniat pergi dari rumah dengan menggenggam 2 sianida yg rencana akan saya minum dengan minuman varian red velvet kesukaan saya. Saya akan meminumnya di daerah Paralayang. Jika saya mati, saya akan dikira kecelakaan. Sebelum meminumnya saya ingin mengirim ini untuk mama," tulisnya.
Yang menyedihkan, sebelum bunuh diri, Novia sempat menyaksikan ibunya memasak rawon sendirian.
"Tapi hari ini saya melihat mama saya memasak rawon sendirian sebab pembantu saya sakit. Dia memasak sambil menangis mungkin merindukan Papa, jg meratapi kondisiku yg seperti seonggok daging tanpa jiwa. Setelah itu mama saya datang ke kamar menyuapi saya makan. Dan menawari saya apakah saya ingin jalan jalan dan membeli sesuatu? Saya hanya diam saja. Tapi hati saya sangat sakit. Sakit dengan kondisi saya dan sakit melihat mama saya Tambahan: Terimakasih orang orang baik, saya membaca semua komentar anda. Mengaminkan. Cukup membuat hati saya tenang karena seharian mimpi buruk. Terima kasih," tulisnya.
Dalam tulisannya yang lain, Novia pernah mengungkapkan cita-cita sederhananya, yaitu ingin menjadi guru yang baik, yang tidak berbuat kasar terhadap murid apalagi sampai mengusir murid dari ruang kelas hanya karena tidak mampu membayar uang SPP ataupun karena berbuat nakal.
“Saya ingat betul, betapa menyedihkannya saya melihat teman saya yang tidak mampu membayar SPP dikeluarkan dari kelas, saat ujian. Lalu dimarahi di depan siswa yang lain. Saya melihat teman saya yang nakal dan dipermalukan. Saya melihat teman saya yang tidak ahli di salah satu bidangnya mata pelajaran, lalu dihukum di depan kelas," tulisnya.
Menurut Novia, perlakuan seperti itu terhadap murid justru tidak akan mengubah murid menjadi lebih baik.
"Apakah itu adil? Bukankah itu akan menyakiti perasaan mereka? Lalu beberapa yg lain dari mereka menjauhi yg tidak mampu membeli buku karena keterbatasan ekonomi. Saya selalu sedih ketika melihat ada teman saya yg seperti itu," lanjut Novia dalam tulisannya.
Novia sendiri sudah mencoba belajar menjadi guru dengan mengajar les private. Bayaran yang ia terima adalah Rp35 ribu per pertemuan. Namun, ia menggratiskan biaya les untuk murid yang tidak mampu. Bahkan ia selalu membelikan es krim untuk murid-muridnya agar muridnya semangat.
“Ketika siswa saya mendapat nilai jelek, saya bersedia menambah jam les tanpa dibayar, dan memberikan dia reward asal dia tidak menyerah karena nilai yang anjlok," tulis Novia.
Di dalam tulisannya, Novia pun memanjatkan doa kepada Tuhan agar dirinya diberi kesempatan untuk menjadi guru yang baik.
Novia pun memilih jurusan Pendidikan Bahasa Inggris karena dengan itu cita-cita dapat terjembatani.
“Saya ingin dekat dengan siswa saya. Nanti, apabila Allah mengizinkan saya untuk menunaikan apa yang saya cita-citakan, saya tidak akan pernah memarahi mereka, atau menunjukkan muka tidak enak," tulisnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: