Sabtu, 31 AGUSTUS 2024 • 10:36 WIB

Tim UGM dengan Peneliti Internasional Ungkap Rahasia Karst Banggai yang Belum Terjamah, Ada Apa Saja ?

Author

Jumpa pers pada Jumat (30/8/2024) oleh Tim UGM dengan Peneliti Internasional saat mengungkap Rahasia Karst Banggai yang Belum Terjamah

INDOZONE.ID - Dalam rangka untuk mengeksplorasi kekayaan karst yang ada di Kabupaten Banggai Kepulauan, yang merupakan sebuah kawasan yang menyimpan banyak potensi geologi yang masih belum banyak tersentuh penelitian. Tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama sejumlah ahli internasional menggelar Ekspedisi Internasional Banggai Series 1 yang telah dimulai pada tanggal 17 hingga 27 Agustus 2024.

Menurut Hendrie Adji Kusworo selaku Dosen Magister Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan UGM sekaligus koordinator ekspedisi, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Push Conference, yang mana termasuk sebuah inisiatif akademik UGM yang berfokus pada studi karst.

"Ekspedisi ini merupakan langkah awal dari rangkaian penelitian yang akan dilakukan bersama antara para peneliti dari berbagai negara," tegas Henderi dalam konferensi persnya di UGM, Jumat (30/8/2024).

Bersama juga dengan pakar geologi UGM yakni Didit Hadi Barianto, dalam ekpedisi ini jhga melibatkan melibatkan sejumlah peserta dari berbagai negara.

Baca Juga: Dari Pulau Liki, Kisah Heroik Pemuda UGM Bantu Persalinan Ibu di Atas Speedboat

Peserta tersebut yakni diamtaranya Catrapatti Raditya dari Sainsreka Explorasia (SRX) sekaligus sebagai Lead Operation Officer, Juswono Budisetiawan dari Sainsreka Explorasia (SRX), Dimas Dwi Septian dan Aries Dwi Siswanto dari Kelompok Studi Karst Geografi UGM, ahli geohidrologi internasional seperti Todd Kincaid dari Amerika Serikat, Mathias Nicoud dan Julie Coulumb dari Perancis, serta peserta dari Malaysia seperti Md Rosman bin Md Haniffah, Lee Kian Lie, Foong Chin Hing. Keterlibatan internasional ini menunjukkan betapa besarnya minat komunitas ilmiah global untuk mendalami fenomena karst di Indonesia.

Dalam pelaksanaanya, tim peneliti menyusuri tiga wilayah utama, yakni Kabupaten Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan, dan Kabupaten Banggai Laut.

Alasan memilih wilayah itu karena dikenal memiliki berbagai gua karst yang tersebar di darat maupun laut atau terbilang sangat kaya akan formasi karst, terutama sungai bawah tanah dan mata air yang muncul di laut.

“Disana ditemukan gua-gua yang tersembunyi di balik karst ini merupakan daya tarik utama yang membuat kami tertarik untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut,” Sebut Catrapatti Raditya.

Ada salah satu penemuan menarik dalam ekspedisi ini yaitu gua yang dinamakan "Udang Maote". Nama ini diberikan setelah tim peneliti berdiskusi dengan masyarakat setempat, yang menceritakan di dalam gua tersebut mereka sebut sebagai "White Rain" atau hujan putih. Ini karena ketika penyelam memasuki gua, mereka merasakan tetesan air putih yang tampak seperti hujan.

Baca Juga: Pakar Ekonomi UGM Galakkan Program Bangun Ekonomi Kreatif Mulai Dari Desa

Juswono Budisetiawan dari SRX menambahkan bahwa formasi kars yang dimiliki Kepulauan Banggai sangatlah berbeda dari karst di wilayah lain seperti Kalimantan. Ia menilai, jika di Kalimantan karstnya menjulang, di Banggai karstnya tersembunyi di bawah permukaan tanah dan laut.

Karena itulah, membuat tim eksplorasi menjadi lebih menantang karena memerlukan keterampilan khusus seperti cave diving, yakni penyelaman di ruang tertutup yang sangat berbeda dari penyelaman di laut terbuka.

Ada contoh lain yang diungkap oleh Juswono yakni eksplorasi di cenote, merupakan lubang dengan danau di dalamnya yang sering ditemukan di daerah Mexico. Di Kepulauan Banggai, cenote ini memiliki kedalaman yang signifikan, mencapai 33 meter dari permukaan air.

“Karena kedalamannya, diperlukan peralatan khusus, bahkan penyelam harus ditarik ke permukaan untuk mengurangi beban saat kembali ke atas,” ucapnya.

Disisi lain, mereka juga berhasil mengungkap fenomena khas cenote yang belum pernah disentuh oleh ilmu pengetahuan sebelumnya yakni telah ditemukan lapisan H2S (hidrogen sulfida) yang sangat tebal—jauh melampaui ketebalan biasa yang hanya sekitar 2 meter.

"Di kedalaman sekitar 20 meter, lapisan H2S ini berinteraksi dengan oksigen yang ada di dalam air, membentuk asam sulfat yang sangat korosif,” sebut Juswono.

Lanjut Juswono menuturkan, meski lapisan H2S tersebut biasanya menandai batas kehidupan, namun mereka juga menemukan beberapa spesies udang yang berenang di dalamnya. Tentu hal ini membuatnya dan tim sangat terkejut, mengingat H2S dikenal sangat sepi dari kehidupan, sedangkan area di atasnya dipenuhi kabut yang kaya dengan kehidupan.

“Saya kira udang-udang ini diduga memiliki kemampuan khusus untuk mentolerir H2S, bisa saja demgan memanfaatkan lingkungan ekstrem ini untuk mencari makanan yang tidak bisa diakses oleh makhluk lain," katanya.

Baca Juga: Pakar Hukum Tata Negara UGM Pesimis Pemberantasan Korupsi Semakin Baik, Ini Alasannya

Dari paparan tim ekspedisi itulah, kegiatan ini tidak hanya membuka wawasan baru mengenai kekayaan alam di Kepulauan Banggai, justru untuk menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi internasional dalam penelitian ilmiah.

Sehingga, dengan ditemukannya berbagai fenomena unik dan mikroba baru, diharapkan bisa menjadi landasan bagi penelitian-penelitian lanjutan yang akan menggali lebih dalam potensi karst di Indonesia dan kontribusinya terhadap ilmu pengetahuan global.

Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Rilis