Usai Rusia menarik mundur tentaranya dari perbatasan, ketegangan dengan Ukraina bukannya mereda. Malah kian meruncing.
Media corong Rusia, Sputnik menyebut Amerika Serikat dan Uni Eropa menuduh Moskow sedang merencanakan "invasi" ke Ukraina.
Rusia, pada gilirannya, telah berulang kali menolak tuduhan itu.
Dalam beberapa hari terakhir, situasi di jalur kontak antara Ukraina dan republik yang memproklamirkan diri di kantong wilayah Donbas yakni Donetsk dan Lugansk (DPR dan LPR) kian menjadi tegang.
Terakhir Moskow menuduh Kiev telah meningkatkan serangannya saat Rusia tengah mengurangi pasukannya di perbatasan.
"Lonjakan ketegangan terjadi ketika Rusia mulai menarik pasukan dari perbatasan Ukraina ke lokasi penempatan permanen mereka setelah latihan militer," tulis Sputnik seperti yang dikutip Indozone, Jumat (18/2/2022).
Pemerintah Ukraina dan kelompok separatis pro-Rusia pada Kamis saling menyalahkan atas pelanggaran gencatan senjata di sepanjang jalur kontak di wilayah Donbas.
Meskipun demikian, AS dan sekutunya terus mendorong narasi "invasi", bersikeras bahwa Moskow, pada kenyataannya, mengirim lebih banyak pasukan ke perbatasan Ukraina.
Sejak November lalu, Barat telah mengipasi ketegangan di sekitar Ukraina dengan klaim yang konsisten bahwa Rusia berencana untuk menyerang tetangganya, mengutip pergerakan pasukan di Rusia.
Moskow telah membantah rencana untuk menyerang Ukraina, menekankan bahwa keamanannya sendiri terancam oleh kehadiran NATO yang meningkat di dekat perbatasan Rusia.
Seperti yang dikutup dari Anadolu, Ukraina menyerang sembilan pemukiman di wilayah Donetsk dan Lugansk selama dua jam penembakan artileri intensif.
Pasukan Ukraina menggunakan peluru artileri 120 milimeter dan 82 milimeter, serta berbagai jenis bom dan senjata, pada serangan pagi hari di pemukiman Kominternove, Oktyabr, Novolaspa, Petrovsky, Veselenkoe, Donetsky, Zolotoe-5, Nijnee Lozovoe, dan Sokolniki, klaim pernyataan itu.
Separatis kemudian membagikan video di media sosial tentang pembalasan mereka, termasuk menembaki lokasi tentara di bawah kendali pemerintahan Kyiv.
Separatis meminta Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) mengirim pasukan misi pemantauan untuk mendokumentasikan situasi.
Mengutip sumber, media Rusia melaporkan bahwa tidak ada yang tewas atau terluka akibat penembakan oleh tentara Ukraina di wilayah Donbas.
Namun, beberapa sumber mengatakan situasinya masih belum jelas, dan separatis sedang menyelidiki kematian dan cedera di wilayah tersebut.
Sekolah TK dibom oleh separatis
Sementara itu, di akun media sosialnya Kantor Staf Umum Ukraina merilis gambar taman kanak-kanak yang dibom, dan mengatakan kelompok separatis pro-Rusia mengebom pemukiman Stanytsia Luhanska yang berada di bawah kendali pemerintah Kyiv.
"Akibat tembakan artileri berat oleh teroris, bom jatuh di gedung taman kanak-kanak. Menurut laporan awal, dua warga sipil terluka," ujar otoritas Ukraina.
Pernyataan itu juga mengatakan bahwa warga sipil dievakuasi ke tempat penampungan, infrastruktur di pemukiman rusak akibat pengeboman, dan setengah dari kota dibiarkan tanpa listrik.
"Selama penembakan Rusia di Stanytsia Luhanska, salah satu ranjau menghantam sekolah TK. Tidak ada anak-anak yang terluka, tetapi dua guru terdampak. Hanya itu yang perlu diketahui dunia tentang 'penarikan pasukan' Rusia dari Perbatasan Ukraina," ungkap Kedutaan Besar Ukraina di Ankara di Twitter.
Artikel Menarik Lainnya:
- Buat Kamu Anak Kos, Ini Tips Hemat Tinggal di Perantauan Tapi Makan Tidak Terancam
- Kasus Pertama Hiu Serang Manusia di Sydney Sejak 60 Tahun Terakhir, Perenang Tewas
- Unik, Pasutri di Sergai Bertarung Pilkades Damak Urat, Saat Cabut Nomor Tampil Mesra
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: