Saham pengelolaan Bandara Kualanamu 'dijual' kepada konsorsium asing perusahaan India dan Prancis, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga dan mantan Sekretaris Kementrian BUMN Said Didu debat panas di media sosial.
Persoalannya diawali saat Said Didu mentwit terkait dengan GMR Airport Internasional yang berbasis di India bisa masuk jadi pengelola Bandara Kualanamu selama 25 tahun. Kepemilikan saham 49%. Mayoritas 61% masih milik BUMN.
"Ini agak aneh menjual saham kok sepertinya tidak persetujuan DPR dan Kemenkeu. Jika demikian maka melanggar UU BUMN dan UU Keuangan Negara. Mitra strategis bukan identik dg menjual saham tapi bagi hasil," twit Said Didu seperti yang dikutip Indozone, Jumat (26/11/2021).
Dia menyebutkan kalau hak pengelolaan selama 25 tahun yang diterima perusahaan India sama saja dengan penjualan asset.
Baca juga: Saham Dijual Rp 85,6 Triliun, GMR India Kelola Bandara Kualanamu, Warga Sumut Protes
Menurutnya yang dimaksud asset dalam pemberian hak pengelolaan lahan milik negara adalah 'hak pengelolaan' tersebut.
Itu berlaku utk tol, bandara, pelabuhan, HGU, dan HGB. Semua pihak yg menerima hak tersebut mancantumkan sebagai asset dalam buku perusahaan.
Baca juga: Atas Nama Investasi Bandara Kualanamu Dijual ke India, Dikelola Asing Akan Digugat
"Semua lahan yg bukan hak milik spt konsesi bandara, pelabuhan, tol, HGB, HGU adalah 'hak kelola'. Sesuai UU keuangan negara bhw hak kelola itulah sebagai asset bagi mendapatkan hak. Saya ulangi hak kelola adalah asset sampai masa kelolanya habis," sebutnya.
Said Didu menyebutkan jika menyangkut pelepasan saham itu berarti sudah penjualan asset, bukan lagi jooint operation.
"Joint Operation adalah para pihak memasukkan modal utk mengelola fasilitas dan berbagi laba sesuai kesepakatan - tdk ada perpindahan saham," bebernya.
Terkait dengan cuitan Said Didu itu, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga angkat bicara.
Arya Sinulingga menuding Said Didu menyebarkan hoaks, bukan cari tau dan memberikan pencerahan pada publik.
"Niat beliau bukan cari tau, tapi utk menyebarkan hoax. Sayang sekali sekaliber beliau levelnya sprt itu skrg. Masa nggak paham BOT," sebutnya.
Menurut Arya, Said Didu keliru. Sebab dalam kerja sama AP II dan GMR Airports Consortium, skema bisnis yang dipakai adalah build, operate, transfer (BOT) yang menurut Arya berbeda dengan menjual aset.
Dia mencontohkan skema BOT seperti dirinya punya bangunan hotel yang pengelolaannya diserahkan ke Swiss-Belhotel.
"Apakah pemiliknya saya atau Swiss-Bel? Pemiliknya tetap saya, bukan Swiss-Bel. Masa beginipun harus diajarin Pak @msaid_didu? Sedih saya. Nah untuk Bandara Kualanamu, pengelolanya bahkan 51 persen masih anak perusahaan AP II, tidak semua oleh GMR. Kurang apalagi coba?" kata Arya.
Menurut Arya beda saham pengelolaan dengan saham kepemilikan.
"Bedakan perusahaan pengelola dgn perusahaan pemilik. Apakah perusahaan BOT tdk boleh memiliki saham?" tambah Arya.
Diketahui Sebelumnya, AP II mengumumkan GMR Airports Consortium akan ikut mengelola bandara ini selama 25 tahun melalui kemitraan strategis (strategic partnership). GMR Airports Consortium merupakan Strategic Investor yang dimiliki oleh GMR Group asal India dan Aéroports de Paris Group (ADP) asal Prancis,
Dengan jangka waktu kerja sama selama 25 tahun, nilai investasi ini sekitar USD 6 miliar, termasuk investasi dari mitra strategis sedikitnya Rp 15 triliun.
Skema kemitraan strategis ini akan menggabungkan sumber daya yang dimiliki AP II dan mitra strategis, sehingga dapat mengakselerasi pengembangan Bandara Internasional Kualanamu untuk menjadi hub dan pintu gerbang utama internasional serta kawasan bisnis di wilayah barat Indonesia.
Pengumuman pemenang lelang tender dilakukan Selasa (23/11) yang dihadiri Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo, Wakil Direktur Utama InJourney Holding Edwin Hidayat, President Director of AP II Muhammad Awaluddin, Dewan Komisaris AP II, dan GMR Airports Consortium.
Kartika Wirjoatmodjo mengatakan kemitraan strategis antara AP II dan mitra global akan mempercepat pengembangan dan peningkatan daya saing Bandara Internasional Kualanamu di ASEAN, sejalan dengan tujuan Bandara Internasional Kualanamu menjadi hub internasional.
Dia menuturkan kemitraan strategis antara AP II dan mitra global dapat memperkuat struktur permodalan serta memperkuat penerapan best practice global dalam pengelolaan dan pengembangan Bandara Internasional Kualanamu.
"Adapun aset yang ada saat ini, serta hasil pengembangan aset ke depannya atas kerja sama ini akan sepenuhnya dimiliki 100 persen oleh AP II," katanya dalam keterangan tertulis.
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: