Sabtu, 10 JULI 2021 • 14:34 WIB

Sudah Negatif dan Karantina 14 Hari, Pasien Covid-19 Masih Diintai Kematian, Ini Sebabnya

Author

Petugas pemakaman beristirahat usai memakamkan sejumlah jenazah dengan protokol COVID-19 di TPU Rorotan (Ilustrasi/ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Umumnya, pasien Covid-19 akan dinyatakan sembuh jika selama 14 hari perawatan tidak memiliki gejala. Namun, masih ada bahaya mengintai, yaitu gejala lanjutan yang timbul di kemudian hari.

Praktisi klinik, edukator pengamat kesehatan dan relawan Covid-19, dr. Muhamad Fajri Adda'i mengatakan ada kasus dimana pasien Covid-19 mengalami gejala tambahan setelah dikarantina 14 hari.

"Kejadian seperti ada banyak faktor, apa dia stres atau punya penyakit bawaan yang memperburuk keadaan," ujar dr. Fajri, dilansir Antara, Sabtu (10/7/2021).

Salah satu contoh kasusnya adalah pada Raditya Oloan yang merupakan suami Joanna Alexandra. Raditya sebenarnya sudah dinyatakan negatif Covid-19 melalui tes usap.

Namun, dia mengalami gejala perburukan pasca isolasi hingga akhirnya meninggal dunia. Kematian bisa disebabkan oleh banyak faktor, salah satu yang paling berpengaruh adalah penyakit bawaan. Penting untuk menyadari gejala-gejala yang dialami oleh pasien.

"Di minggu kedua yang takutin adalah badai sitokinnya, bisa jadi virusnya emang udah berkurang tapi ada peradangan di sistem imun itu yang bikin perburukan, yang bikin meninggal," kata dr. Fajri.

"Imun sistem mungkin bisa membersihkan virus di tubuh Anda, tapi organ Anda ikut rusak," tambahnya.

Dokter Fajri mengungkap kasus lain pasien Covid-19 yang hasil tes swabnya terus positif selama 30 hari, padahal dia tidak mengalami gejala. Menurut dr. Fajri, ini kemungkinan disebabkan oleh sisa bangkai virus.

"Harus dicek dulu nih, ada gejala enggak, kalah ada gejala bisa-bisa itu kasus tambahan. Dalam kejadian kayak gitu harus ditelusuri dulu, kalau hanya sisa-sisa bangke virus enggak jadi masalah tapi harus betul-betul clear karena dapat menimbulkan kesalahpahaman," kata dr. Fajri.

Tapi, tak perlu panik karena 90% pasien Covid-19 bisa sembuh sendiri oleh sistem imun. Obat yang diberikan dokter bukanlah penguat imun, tapi untuk mengatasi peradangan yang ditimbulkan oleh virus corona.

"Steroid sama Tocilizumab itu kan emang antiperadangan bukan mengusir virus. Ketika peradangan meningkat, dikasih obat antiperadangan yang mana terbukti untuk menurunkan angka kematian pada orang yang sakit berat atau kritis. Itu terbukti," pungkas dr. Fajri.

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

Author

Zega

ZCreators
TERPOPULER
TAG POPULER
BERITA TERBARU
Tentang Kami Redaksi Info Iklan Kontak Pedoman Media Siber Kode Etik Jurnalistik Pedoman AI dari Dewan Pers Karir