Sabtu, 13 FEBRUARI 2021 • 11:45 WIB

Wapres Ma'ruf Amin: Berpikir Sempit Bikin Negara Mayoritas Muslim Jadi Miskin

Author

Wapres Ma'ruf Amin (Instagram/kyai_marufamin)

Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan cara berpikir sempit menyebabkan negara dengan mayoritas penduduk Muslim mengalami ketertinggalan, khususnya di sektor ekonomi.

"Hal itu yang menjadi salah satu penyebab mengapa banyak negara berpenduduk Muslim masih tergolong underdeveloped country dan mengalami ketertinggalan dalam bidang ekonomi, pendidikan, iptek, dan bidang lainnya," kata Wapres Ma’ruf, dikutip Sabtu (13/2/2021).

Contoh berpikir sempit itu menurutnya seperti konspirasi pandemi Covid-19 yang akhirnya membuat penanganan terhambat dan kontraproduktif dalam upaya membangun kembali peradaban Islam.

"Contoh sederhana cara berpikir sempit adalah tidak percaya bahwa COVID-19 adalah nyata atau percaya pada teori-teori konspirasi, tanpa mencoba untuk memahami fenomena dengan akal sehat dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan," katanya.

Cara berpikir sempit merupakan salah satu penyebab munculnya sifat radikal, egois, dan tidak mau menghargai perbedaan.

"Cara berpikir sempit juga bisa melahirkan pola pikir yang menyimpang dari arus utama atau bahkan menjadi radikal yang dapat menjustifikasi kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Karena itu, saya tidak ingin umat Islam, ikut dalam arus berpikir sempit, seperti fenomena yang muncul belakangan ini," katanya.

Cara berpikir yang harus dikembangkan dan diutamakan oleh umat Islam dalam mengamalkan ajaran agama ialah wasathy atau moderat.

"Bagi saya, cara berpikir yang moderat dan dinamis tersebut berarti bahwa kita tidak bisa hanya memahami secara tekstual pada teks semata serta menolak perkembangan ilmu pengetahuan," katanya.

Namun, umat Islam tidak bisa juga bergantung sepenuhnya pada ilmu pengetahuan dan mengabaikan agama. Umat harus berada di tengah-tengah antara tidak berpedoman pada teks semata dan tidak menjadi liberal.

"Dengan demikian, cara berpikir Islami itu tidak tekstual dan tidak liberal, la tektualiyan wala liberaliyan, tetapi moderat, wasathiyan atau tawassuthiyan," ujarnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: