Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan hari ini, Jumat (7/8/2020) bergerak melemah. Rupiah terdepresiasi 63 poin atau setara 0,43% ke Rp14.613 per dolar AS.
Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah itu disebabkan oleh faktor eksternal yang secara umum terjadi sebagai imbas dari penguatan dolar AS, serta beberapa sentimen yang berasal dari dalam negeri.
Ibrahim mengatakan, hingga saat ini pasar terus bersabar dan menunggu momen yang menentukan di minggu ini, yaitu harapan bahwa anggota parlemen AS untuk menyetujui paket dukungan baru terkait pandemi virus corona.
Partai Republik dan Demokrat AS pada hari Kamis (6/8/2020) gagal mencapai kesepakatan tentang biaya langkah-langkah stimulus fiskal yang menurut banyak investor diperlukan untuk mencegah bentuk ekonomi yang kehilangan lebih banyak momentum, meskipun Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell mengatakan ekonomi AS membutuhkan 'dorongan tambahan' untuk mengatasinya.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump terus mengobarkan perang dagang terhadap Kanada dengan memberlakukan tarif bea masuk impor 10% atas aluminium asal Kanada. Tarif yang akan berlaku per 16 Agustus mendatang merupakan tanggapan Gedung Putih atas kenaikan impor aluminium Kanada.
"Sebagai catatan, impor aluminium AS dari Kanada memang melonjak sebesar 27% selama setahun terakhir," ujar Ibrahim dalam paparan analisanya hari ini, Jumat (7/8/2020).
Pada Kamis kemarin, Presiden Donald Trump telah mengeluarkan perintah eksekutif yang melarang transaksi dengan ByteDance, perusahaan Tiongkok yang memiliki aplikasi berbagi video TikTok. Trump mengatakan aplikasi tersebut merupakan ancaman bagi keamanan nasional.
Trump juga mengatakan dia akan melarang transaksi dengan perusahaan Tiongkok, Tencent Holdings Ltd, yang memiliki aplikasi perpesanan WeChat. Larangan tersebut akan dimulai dalam 45 hari dan menandai eskalasi perselisihan terkait ambisi Tiongkok di sektor teknologi.
Di sisi lain, pasar juga menunggu rilis data penggajian non-pertanian yang akan dirilis pada Jumat malam. Secara luas diperkirakan akan menunjukkan penciptaan lapangan kerja AS yang melambat pada Juli, dimulai sejak bulan sebelumnya yang disebabkan meningkatnya infeksi virus corona yang memperlambat pemulihan ekonomi di AS.
Sementara itu dari internal, cadangan devisa Indonesia melonjak pada Juli 2020, dengan kenaikan mencapai US$ 3,4 miliar. Kenaikan ini membawa cadangan devisa menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah. Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2020 sebesar US$ 135,1 miliar, melonjak tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 131,7 miliar. Rekor tertinggi cadangan devisa sebelumnya adalah US$ 132 miliar yang terjadi pada Januari 2018.
Posisi cadangan devisa itu disebut BI setara dengan pembiayaan 9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
"Dalam perdagangan Senin depan, rupiah kemungkinan akan menguat di level Rp14.590-Rp14.670," pungkas Ibrahim.
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: