Kamis, 10 OKTOBER 2019 • 10:58 WIB

Jokowi dilantik, Bisnis F&B Diyakini Kian Moncer

Author

Salah satu kedai makanan dan minuman (Indozone/Astrid Dwijayanti)

Proses politik Indonesia, telah menuju babak akhir dengan bakal dilantiknya Presiden Joko Widodo (Jokowi), untuk kali kedua memimpin Republik Indonesia, pada 20 Oktober 2019.

Pengusaha menyambut rencana pelantikan ini, dengan harapan daya beli masyarakat kembali meningkat sehingga gerakan usaha salah satunya industri jasa makanan dan minuman (food & beverage (F&B).

Expert Brand F&B Astrid Suryatenggara mengungkapkan, optimismenya setelah perhelatan politik selesai tahun ini, industri makanan dan minuman pertumbuhannya akan sangat signifikan.

"Kondisi politik itu berpengaruh sekali pada industri ini. Misalnya, untuk restoran-restoran yang saya tangani di wilayah Thamrin, Jakarta, dan lain-lain. Jadi target penjualan harian, lupakan." katanya.

Expert Brand F&B Astrid Suryatenggara (tengah) (Indozone/Raden Respati Agung).

Ia mengatakan, para pengusaha F&B meminta stabilitas politik menjadi hal utama bagi industri ini dan aspirasinya juga didengar. 

"Industri F&B itu beda-beda. Kita merasa pemerintah sudah sangat cukup dalam hal regulasi," ujarnya. 

Astrid menyakini dalam lima tahun kedepan, pertumbuhan bisnis ini, akan terus meningkat, baik untuk brand lokal maupun brand internasional yang masuk Indonesia.

"Tapi bisnis ini, bukan hanya soal brand. Ada soal rasa. Apakah rasanya sesuai dengan lidah kita atau tidak," ujarnya saat berbincang dengan Indozone.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menegaskan, industri makanan dan minuman, perlu terus melakukan upaya strategis untuk semakin memacu daya saingnya agar mampu berkompetisi di tingkat global.

Langkah yang perlu dijalankan, kata ia, antara lain peningkatan mutu dan produktivitas serta efisiensi di seluruh rantai nilai produksi. Serta fokus dalam penerapan standar keamanan dan menciptakan inovasi produk, terutama dalam menghadapi era ekonomi digital.  

Kemenperin melansir, sumbangan industri makanan dan minuman kepada PDB industri non-migas mencapai 34,95 persen pada triwulan III tahun 2017. Hasil kinerja ini menjadikan sektor tersebut kontributor PDB industri terbesar dibanding subsektor lainnya.

Selain itu, capaian tersebut mengalami kenaikan empat persen dibanding periode yang sama tahun 2016.Sedangkan, kontribusinya terhadap PDB nasional sebesar 6,21 persen pada triwulan III/2017 atau naik 3,85 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Dilihat dari perkembangan realisasi investasi, sektor industri makanan dan minuman untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN)triwulan III/2017 mencapai Rp27,92 triliun atau meningkat sebesar 16,3 persen dibanding periode yang sama tahun 2016. Sedangkan, untuk penanaman modal asing (PMA) sebesar USD1,46 miliar.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

TERPOPULER
TAG POPULER
BERITA TERBARU
Link berhasil disalin!