Minggu, 07 MARET 2021 • 19:15 WIB

Gatot Nurmantyo Tegas Tak Mau Ambil Alih Demokrat, Sindir Moeldoko: Waduh, Gak Beradab Tuh

Author

Moeldoko (kiri) dan Gatot Nurmantyo (kanan). (ist)

Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo baru-baru ini menyampaikan pengakuan mengejutkan perihal isu pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat.

Ia mengaku pernah ditawari untuk merebut jabatan ketua umum Partai Demokrat dari tangan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

"Banyak yang tanya ke saya, 'Bapak digadang-gadang menjadi (Ketum Demokrat). Ya, saya bilang, 'Siapa sih yang enggak mau?' Partai dengan (suara) 8 persen kalau enggak salah," katanya, dalam kanal YouTube Bang Arief.

Wawancara itu sendiri diadakan pada Jumat, 5 Maret 2021 sebelum KLB Partai Demokrat di Sibolangit.

Gatot sempat menanyai orang itu tentang bagaimana langkahnya dan ia dijelaskan bahwa prosesnya dimulai dengan melengserkan AHY melalui mosi tidak percaya.

"(Orang itu) Datang ke saya, (saya tanya) 'gimana prosesnya?'. 'Begini, Pak, nanti kita bikin KLB'. 'Terus gimana?' 'Kita ganti AHY dulu, (lewat) mosi tidak percaya, ganti AHY dulu. Setelah AHY turun, baru pemilihan. Bapak pasti akan begini, begini'. 'Oh gitu ya'," kata Gatot, menceritakan percakapannya saat itu.

Namun, Gatot mengaku ia menolak tawaran itu, dengan alasan bahwa hal tersebut tidak etis dan bertentangan dengan moral. Apalagi, ia pernah diberi jabatan oleh Susilo Bambang Yudhoyono kala itu, antara lain sebagai Pangkostrad dan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).

"Gini lho. Saya ini bisa naik bintang 1 bintang 2. Taruhlah itu biasa. Tapi kalau saya naik bintang 3, itu presiden pasti tahu. Kemudian jabatan Pangkostrad, pasti presiden tahu, apalagi presidennya tentara waktu itu, Pak SBY. Tidak sembarangan. Bahkan, saya dipanggil, 'Kamu akan saya jadikan KSAD'. Laksanakan tugas dengan profesional. Beliau berpesan, 'laksanakan tugas dengan profesional, cintai prajuritmu dan keluarga dengan segenap hati dan pikiranmu'. Apakah iya saya dibesarkan oleh 2 presiden, satu Pak Susilo Bambang Yudhoyono, satu lagi Pak Jokowi, terus saya membalasnya dengan mencongkel anaknya?" kata Gatot.

Dengan menukil kejadian seekor puma yang tidak jadi memakan orang utan yang sudah diterkam karena tahu bahwa orang utan itu punya anak, Gatot menyampaikan nilai moral dari kasus tersebut.

"Nah, value apa yang akan saya berikan kepada anak saya? Waduh itu anak enggak beradab tuh. Sudah dijadikan KSAD sama ini (SBY), anaknya menjabat malah digantiin, malah dihabisin, untuk yang lebih besar lagi," katanya.

"Saya bilang, saya terima kasih, tetapi moral etika saya tidak bisa menerima yang seperti itu. Akhirnya, 'Pak kan..', 'Sudahlah, enggak usah bicara lagi', saya bilang," kata Gatot menambahkan.

Sebelumnya, SBY terang-terangan menyatakan penyesalan pernah memberi sejumlah jabatan kepada Moeldoko. SBY mengecam keras hasil KLB Partai Demokrat di Hotel The Hill, Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (5/3/2021).

"Apa yang dilakukannya (Moeldoko) jauh dari sikap ksatria dan nilai-nilai moral. Apa yang dilakukannya hanya mendatangkan rasa malu. Termasuk rasa malu dan rasa bersalah saya yang beberapa kali memberikan kepercayaan dan jabatan kepadanya. Saya memohon ampun ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas kesalahan saya itu," ujar SBY, Jumat (5/3/2021).

SBY dengan tegas mengatakan bahwa KLB tersebut ilegal, terlebih Moeldoko adalah pejabat pemerintahan aktif, berada di lingkaran Kepresidenan, dan bukan kader Demokrat.

Sementara itu, Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyatakan bahwa kongres tersebut adalah ilegal dan inkonstitusional karena tidak memenuhi syarat AD/ART Partai Demokrat.

"Tidak ada pemilik hak suara yang sah yang hadir dalam KLB tersebut," katanya.

AHY pun meminta negara dan aparat pemerintah untuk tidak melakukan pembiaran, atas kegiatan ilegal yang dilakukan KSP Moeldoko untuk memecah belah Partai Demokrat.

"Saya tegaskan di sini, tidak ada dualisme kepemimpinan dan kepengurusan Partai Demokrat," katanya.

AHY menegaskan statusnya sebagai Ketum PD yang sah berdasarkan hasil Kongres V, 15 Maret 2020, yang telah disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM.

"Insya Allah kami akan terus berjuang untuk menjaga demokrasi dan menegakkan keadilan di negeri ini. Kami mohon doa dan dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia," ujarnya.

Sebelumnya, Moeldoko terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat periode 2021-2025 dalam Kongres Luar Biasa (KLB) yang digelar di Hotel The Hill, Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat.

KLB tersebut juga menetapkan Marzuki Alie yang merupakan mantan Ketua DPR RI, sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat periode 2021-2025.

Sementara Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dinyatakan demisioner.

Dalam pidatonya setelah terpilih, Moeldoko mengajak semua kader untuk bersatu dan solid dalam memajukan partai guna meraih kejayaan.

"Saya mengajak seluruh kader Demokrat dari Sabang sampai Merauke untuk bersama berjuang meraih kembali kejayaan Demokrat," kata Moeldoko.

Artikel Menarik Lainnya:

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

Tags
TERPOPULER
TAG POPULER
BERITA TERBARU
Link berhasil disalin!