Ribuan Warga Prancis Gelar Aksi Protes Tentang Kekerasan Seksual dan Dukung Hak Perempuan
INDOZONE.ID - Pada Sabtu (23/11/2024), ribuan orang memenuhi jalanan di berbagai kota di Prancis untuk memprotes kekerasan seksual, hanya dua hari sebelum peringatan Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan.
Aksi ini diorganisir untuk menyerukan perlindungan terhadap perempuan dan menyoroti pentingnya kesetaraan gender.
Di Paris, ibu kota Prancis, ribuan demonstran baik wanita maupun pria, berbaris dengan membawa plakat ungu yang mengutuk kekerasan berbasis gender dan mendukung hak-hak reproduksi wanita.
Demonstrasi ini juga diadakan di kota-kota kecil seperti Renne dan Lyon, dengan laporan sekitar 1.500 orang bergabung di wilayah tenggara negara tersebut.
Kekhawatiran internasional juga menjadi bagian dari aksi ini.
Baca Juga: Badai Dahsyat Terjang Barat Laut AS, Setengah Juta Warga Alami Pemadaman Listrik
Para demonstran menyoroti potensi pembatasan hak-hak perempuan di Amerika Serikat, terutama terkait aborsi, jika Donald Trump kembali menjabat sebagai Presiden pada Januari mendatang.
Pernyataan Wakil Presiden terpilih JD Vance, yang sebelumnya mendukung larangan aborsi nasional, juga mendapat perhatian.
Namun, ia kemudian menegaskan bahwa kebijakan aborsi harus ditentukan oleh masing-masing negara bagian.
Surat kabar Le Monde memperkirakan sekitar 80.000 orang mengikuti aksi di Paris, dengan keterlibatan lebih dari 400 organisasi.
Protes ini juga menyoroti pencapaian Prancis dalam menjamin hak-hak perempuan, seperti pengesahan perubahan konstitusi yang secara eksplisit melindungi hak aborsi pada Maret 2023.
Langkah ini dianggap sebagai respons atas pencabutan perlindungan aborsi di Amerika Serikat pada 2022.
Baca Juga: Protes Ribuan Petani Inggris Menolak Perubahan Pajak Traktor
Para demonstran juga menyatakan solidaritas terhadap korban kekerasan seksual, termasuk Gisele Pelicot, yang suaminya, Dominique Pelicot, bersama 50 terdakwa lainnya, dituduh melakukan pelecehan seksual selama satu dekade.
Pada September lalu, Dominique menerima dakwaan atas tuduhan tersebut.
"Kekerasan bisa dilakukan oleh siapa saja. Bisa saudara kita, ayah kita, rekan kerja, atau bahkan atasan kita," kata Maelle Noir dari kelompok feminis Nous Toutes, yang berarti "Kita Semua," dalam wawancara dengan Associated Press selama aksi di Paris.
Aksi ini mempertegas seruan mendesak untuk mengakhiri kekerasan berbasis gender dan memperjuangkan hak-hak perempuan di Prancis dan seluruh dunia.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Aljazeera