Rabu, 08 JANUARI 2025 • 07:43 WIB

Kelompok Gangster di Haiti Makin Kejam dan Merajalela, Lebih Dari 5.600 Tewas

Author

Gambaran Geng di ibu kota Haiti. (REUTERS/Ralph Tedy Erol)

INDOZONE.ID - Kekerasan anggota geng atau gangster di Haiti telah memakan korban jiwa yang cukup banyak. Kantor Hak Asasi Manusia PBB melaporkan di tahun 2024, jumlah korban kekerasan geng Haiti tersebut mencapai lebih dari 1.000 korban jiwa tambahan, lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.

Mengutip Anadolu, geng-geng tersebut menguasai lebih dari 80 persen wilayah ibu kota Port-au-Prince dan wilayah lainnya di negara tersebut.

Catatn PBB pada Selasa (7/1/2025) kemarin, sedikitnya 5.601 orang tewas, 2.212 terluka, dan 1.494 diculik akibat kekerasan geng di Haiti tahun lalu.

“Angka-angka itu saja tidak dapat menggambarkan kengerian absolut yang terjadi di Haiti, tetapi menunjukkan kekerasan tanpa henti yang dialami masyarakat,” ujar Volker Turk, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, seperti yang dikutip dari ANTARA.

Baca Juga: Polisi Haiti Terlibat Baku Tembak Sengit Melawan Geng yang Berupaya Kuasai Ibu Kota

Haiti telah dilanda kekerasan dari geng-geng yang menguasai sebagian besar wilayah Port-au-Prince dan daerah sekitarnya.

Salah satu contohnya di akhir 2024 lalu, geng Wharf Jeremie melakukan salah satu serangan paling mematikan tahun itu dengan membunuh setidaknya 207 orang di Cite Soleil, Port-au-Prince.

Sebagian besar korban adalah orang lanjut usia yang dituduh menggunakan voodoo untuk mencelakai anak pemimpin geng tersebut.

Menurut PBB, geng tersebut membakar, memutilasi atau membuang jasad korban ke laut.

Sejak 2022, geng Wharf Jeremie telah bersaing dengan kelompok lain untuk menguasai jalan-jalan menuju pelabuhan utama dan terminal kontainer di ibu kota.

Baca Juga: Geng Haiti Membantai Sedikitnya 70 Orang Saat Ribuan Orang Mengungsi

Misi Dukungan Keamanan Multinasional yang disetujui PBB, dipimpin oleh polisi Kenya, memerlukan sumber daya yang memadai untuk secara efektif memerangi kekerasan geng.

Turk menekankan bahwa "memulihkan supremasi hukum harus menjadi prioritas utama." Ia juga menyoroti pentingnya pengawasan yang lebih kuat terhadap Kepolisian Nasional Haiti, dengan dukungan internasional, untuk memastikan para petugas bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia yang dilaporkan.

Turk menyerukan penegakan penuh sanksi dan embargo senjata PBB untuk mencegah senjata dan amunisi masuk ke Haiti.

Ia mencatat bahwa senjata yang diselundupkan ke Haiti sering kali berakhir di tangan geng kriminal, mengakibatkan "ribuan orang tewas, ratusan ribu mengungsi, dan infrastruktur serta layanan penting seperti sekolah dan rumah sakit terganggu atau hancur."

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: ANTARA