INDOZONE.ID - Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Yogyakarta mengantisipasi serbuan kaum gelandangan dan pengemis saat Ramadan tahun ini.
Pasalnya, di momen puasa, dipastikan bakal terjadi peningkatan serbuan warga yang datang tanpa berbekal kemampuan dan kesiapan apapun. Pengemis ini didominasi oleh warga dari luar daerah.
Kepala Satpol PP Kota Yogyakarta, Octo Noor Arafat tak menampik hal itu. Memang, kata dia, sejauh ini wilayahnya menjadi salah satu daerah tujuan kaum urban untuk menetap dan mencari peruntungan.
"Bukan hanya di Kota Yogyakarta tapi hampir di seluruh Indonesia tren gelandangan dan pengemis (Gepeng) setiap Ramadan. Mereka berpikir kira-kira titik mana yang bisa didatangi. Biasanya semakin marak di pertengahan Ramadan," katanya usai hadir dalam jumpa pers di Balaikota Yogyakarta, pada Kamis (27/2/2025).
BACA JUGA: Kota Yogya Potensi Penumpukan Sampah Selama Ramadan 2025, Kemenag Yogya : Minimalisir Plastik!
Di Yogyakarta sendiri, kata dia, fenomena kedatangan "Gepeng" istilah untuk pengemis/gelandangan tersebut tidak terlalu jauh. Ini karena Yogyakarta dikenal sebagai kota dermawan.
"Dari tahun ke tahun trennya peningkatan tidak terlalu jauh. Memang Jogja menjadi tempat tujuan menarik, karena orangnya dermawan," ujarnya.
Octo menuturkan, penduduk musiman ini merupakan warga lintas luar Yogyakarta. Biasanya, jumlah mereka mengalami peningkatan hingga lebaran mendatang. Sejauh ini, jajarannya pun sudah memprediksi hal itu.
"Beberapa waktu lalu juga manusia silver yang kami lakukan penangkapan menyampaikan ke Jogja saja. Kebanyakan, kalau Gepeng di Jogja berasal dari wilayah luar Jogja," ungkapnya.
Melihat data penangkapan gepeng pada Ramadan tahun lalu, Octo mengungkapkan bahwa selama ini titik rawan aktivitas gepeng berada di area Stasiun Tugu dan Malioboro, hingga Kraton Ngayogyakarta.
"Titik rawan stasiun Tugu, Malioboro sampai kawasan Keraton, masjid Gede Kauman, Alun-alun Kidul," sebutnya.
Didapati Rombongan 'Gepeng' di Drop Pakai Mobil
Selain pengemis yang beraktivitas secara perorangan, banyak pula oknum gepeng musiman ini yang di-drop sebuah kendaraan besar untuk diturunkan secara bergerombol di titik-titik tersebut.
"Tahun lalu ada kelompok pengemis yang diturunkan di titik tertentu untuk beraksi," imbuhnya.
Adapun upaya yang akan dilakukan jajarannya, yakni dengan mengintensifkan operasi dan menyiagakan petugas di sejumlah titik yang selama ini menjadi tempat mangkal mereka.
"Tentunya penguatan koordinasi juga dilakukan dengan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota Yogyakarta untuk menjangkau lokasi gepeng di Kota Yogyakarta khususnya di jalan-jalan protokol," jelasnya.
Akan Direhabilitasi di Dinsos
Penanganan gelandangan dan pengemis (gepeng) telah diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Nomor 1 Tahun 2014. Sehingga penanganan akan dilakukan dengan memperkuat koordinasi dengan Dinas Sosial DIY, termasuk Satpol PP DIY.
Penanganan dalam Perda tersebut diatur melalui upaya preventif, koersif, rehabilitatif, dan reintegrasi sosial dalam rangka melindungi dan memberdayakan gelandangan dan pengemis.
"Dinsos DIY yang memiliki camp asesmen untuk menampung atau membina gepeng, kedua dengan Satpol PP DIY," ujarnya.
Diketahui pada tengah malam, pihaknya bersama dinas sosial akan menggelar operasi di lokasi gepeng tersebut.
"Akan ada operasi, atau nanti malam ya. Operasinya mulai jam 24.00 WIB biasanya, karena kan jam 22.00 baru pada tidur. Yang akan diamankan nanti seperti perosok, gelandangan, pengemis yang tidur di situ. Ini sudah ada pengaduan dari warga," tandasnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung