Minggu, 02 FEBRUARI 2025 • 18:29 WIB

Danau Tunjung Terancam Jebol, 90 Miliar Liter Air Bisa Picu Banjir Bandang

Author

Kondisi Danau Tunjung yang ditemukan retakan berpotensi mengakibatkan banjir bandang.

INDOZONE.ID – Situasi di Danau Tunjung, yang terletak di selatan lereng Pegunungan Argopuro, Desa Suci, Kecamatan Panti, Jember, sedang menjadi perhatian serius.

Para relawan bencana melaporkan munculnya retakan tanah yang bisa berujung pada jebolnya danau alami ini.

Matiyas Catur Wibowo, anggota Pecinta Alam dan Relawan Jember, mengungkapkan bahwa retakan tersebut ditemukan saat timnya melakukan pemantauan satwa antara 20-25 Desember 2024 lalu.

“Tim kami menemukan retakan tanah di bawah Danau Tunjung. Retakan ini mengarah ke aliran Kali Putih yang berada di Jember,” ujarnya, Minggu (2/2/2025).

Menurutnya, retakan ini cukup besar, dengan panjang sekitar 200-300 meter, lebar 20-30 cm, dan kedalaman mencapai 50-60 cm.

Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran bahwa air dari Danau Tunjung bisa merembes masuk dan memicu jebolnya danau tersebut.

Baca Juga: Status dan Gaji Ribuan Pegawai Honorer Pemkab Jember Belum Jelas

Kondisi Danau Tunjung yang ditemukan retakan berpotensi mengakibatkan banjir bandang.

Potensi Bencana Besar Jika Jebol

Berdasarkan hasil pemantauan, air yang tertampung di Danau Tunjung diperkirakan mencapai 90 juta meter kubik atau 90 miliar liter.

Volume ini tiga kali lipat lebih besar dibanding kondisi sebelum banjir bandang 2006.

“Saat banjir bandang 2006, luasan danau hanya sekitar 1,5 hektare. Sekarang, luasnya mencapai 3,6 hektare dengan kedalaman 2,5-3 meter,” jelasnya.

Kondisi Danau Tunjung yang ditemukan retakan berpotensi mengakibatkan banjir bandang.

Bila danau ini jebol, air akan mengalir deras dengan membawa lumpur, batu, dan material lainnya. Dengan kemiringan medan sekitar 40-45 derajat, aliran air diperkirakan bisa mencapai pemukiman warga dalam waktu 12-15 menit.

Selain itu, perubahan penggunaan lahan di sekitar Danau Tunjung turut memperburuk risiko bencana.

Area yang dulu didominasi vegetasi alami kini banyak berubah menjadi kebun kopi, yang mengurangi daya serap tanah terhadap air.

Baca Juga: Polisi Periksa 3 Saksi Kunci Kasus Anak Penggal Ayah Kandung di Jember

Perlunya Mitigasi Bencana

Menanggapi potensi bencana ini, para relawan telah melaporkan temuan mereka ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur, serta DPRD dan Polres Jember.

“Kami sudah koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk BPBD dan BKSDA, mengingat kawasan ini masuk dalam wilayah konservasi. Kami juga berdiskusi dengan DPRD Jember dan Polres Jember untuk upaya mitigasi,” terang Cak Blendez, sapaan akrab Matiyas.

DPRD Jember menekankan pentingnya langkah cepat untuk mencegah potensi bencana. Anggota Komisi C DPRD Jember, David Handoko Seto, menyoroti perlunya pemetaan risiko secara detail dan penguatan infrastruktur penahan air.

“Wilayah Pegunungan Argopuro sangat penting, baik dari segi ekosistem maupun keselamatan warga. Harus ada perencanaan mitigasi yang matang,” ujarnya.

Sementara itu, Kapolres Jember AKBP Bayu Pratama Gubunagi menegaskan bahwa koordinasi lintas sektor menjadi kunci dalam menghadapi ancaman ini.

“Kami ingin memastikan bahwa semua pihak, termasuk kepolisian, pemerintah daerah, dan masyarakat, bersinergi untuk mencegah dampak buruk jika terjadi bencana,” katanya.

Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Liputan Langsung, Narasumber