Harga minyak dunia kembali merosot, Selasa (7/4/2020) pagi, setelah Arab Saudi dan Rusia menunda pertemuan produsen minyak. Pertemuan itu bertujuan untuk mengatasi peningkatan kelebihan pasokan di seluruh dunia akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Padahal pada pekan lalu, pasar minyak global sempat mengalami rebound lebih dari 35%. Sebabnya sumber di Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, mengatakan mereka sangat dekat dengan kesepakatan pengurangan produksi minyak untuk mengurangi kelebihan global, meski di satu sisi mereka juga ingin partisipasi dari Amerika Serikat dalam menurunkan produksi shake gas.
Namun, pertemuan kelompok OPEC yang semula dijadwalkan Senin ditunda menjadi Kamis (9/4/2020). Alasannya Rusia dan Arab Saudi kembali beradu argumen mengenai penyebab kegagalan perjanjian pemotongan pasokan bulan lalu. Adapun permintaan bahan bakar juga anjlok sekitar 30% di seluruh dunia karena virus corona.
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, mengatakan terkait dengan harga minyak dunia yang terus menurun sejak awal Maret, menilai hal itu akan segera terselesaikan dalam beberapa bulan ke depan.
"Saya melihatnya dengan semakin intensnya diskusi antara OPEC dan Russia dalam menanggulangi harga minyak dunia. Per jam 09.00 WIB ini data yang saya lihat dari Bloomberg, harga minyak baik WTI maupun Brent sudah hijau dibandingkan kemarin dimana WTI USD27.15/barel dan Brent USD34.16/barel. Hal ini dipicu dengan rencana Rusia dan Arab Saudi memangkas produksi mereka," ujar Mamit kepada Indozone, Selasa (7/4/2020).
Selain itu, lanjut Mamit, ia juga menduga bahwa Amerika Serikat akan melindungi industri shale oil mereka, sehingga harga benar-benar tidak akan terpuruk di bawah USD20/barel.
"Patut di waspadai adalah penurunan demand karena Covid-19. Seberapapun produksi yang dipotong, jika demand berkurang, tidak akan terserap juga. Apalagi, jika harga minyak terlalu tinggi, padahal banyak negara yang sedang resesi, tidak akan terserap," sambungnya.
Menurut Mamit, hampir semua negara sedang work from home. Penerbangan pun berkurang. Industri juga menurun, maka dipastikan demand terhadap minyak bakal semakin berkurang.
"Jadi bukan cuma perang Rusia dan Arab Saudi yang diwaspadai, tetapi ketidakpastian selesainya pandemik Covid-19 ini yang patut diperhatikan dengan seksama," pungkasnya.
Sementara itu, dikutip dari laporan Reuters di New York, Senin (6/4/2020) atau Selasa (7/4/2020) pagi waktu Indonesia Barat, harga minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup merosot USD1,06, atau 3,1%, menjadi USD33,05 per barel. Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menyusut USD2,26, atau 8%, menjadi USD26,08 per barel.
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: