Taliban dilaporkan mamaksa wanita Afganistan yang sudah bercerai untuk kembali ke suaminya yang kejam.
Menurut PBB, sembilan dari 10 perempuan di Afghanistan mengalami kekerasan fisik, seksual atau psikologis dari pasangannya.
Namun, perceraian dianggap lebih tabu dibanding para wanita itu mengalami kekerasan dari suaminya.
Baca Juga: Seram! Pertandingan Sepak Bola Pernah Dijadikan Momen untuk Lakukan Eksekusi Mati
Laporan AFP via Times News Nows, menyebutkan bahwa Marwa (bukan nama sebenarnya) terpaksa kembali ke mantan suaminya yang kejam. Pasangannya itu telah mematahkan semua giginya.
Setelah menerima pemukulan selama berbulan-bulan, entah bagaimana Marwa bisa melarikan diri bersama enam putrinya dan dua putranya ke rumah seorang kerabat yang jaraknya ratusan kilometer.
Berhasil kabur
Marwa sendiri dan semua anaknya menggunakan nama palsu karena takut ketahuan oleh mantan suaminya.
Sebelum Taliban mengambil alih, di bawah pemerintahan yang didukung AS, tingkat perceraian terus meningkat di daerah perkotaan.
Pengadilan keluarga khusus dipimpin oleh hakim dan pengacara wanita didirikan untuk menyidangkan kasus perceraian.
Namun, setelahTaliban mengambil alih pemerintahan pada Agustus 2021, sistem peradilan menjadi urusan laki-laki.
Nazifa, seorang pengacara yang berhasil menangani sekitar 100 kasus perceraian perempuan korban pelecehan, tidak lagi diizinkan bekerja di Afghanistan yang dikuasai Taliban.

Ada yang berjuang menolak
Nazifa mengatakan bahwa lima mantan kliennya dilaporkan dikirim kembali ke suaminya yang acap melakukan kekerasan.